News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Terus Ditekan Barat, Serbia Tegas Takkan Ikut-ikutan Sanksi Rusia

Penulis: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sebuah foto yang diambil pada 16 Februari 2022 menunjukkan bendera North Atlantic Treaty Organization (NATO) sebelum Pertemuan Menteri Pertahanan NATO di Markas NATO di Brussels.

TRIBUNNEWS.COM, DAVOS - Presiden Serbia Aleksandar Vucic memastikan nebaranya takkan ikut menerapkan sanksi ala Uni Eropa dan AS berikut semua sekutunya.

Terlepas tekanan negara-negara Uni Eropa, Beograd akan terus mempertahankan kemandiriannya sebagai negara bebas.

Penegasan disampaikan Vucic kepada penyiar saluran televisi RussiaToday dalam sebuah wawancara di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Rabu (25/5/2022) waktu Davos, Swiss.

“Saat ini tidak ada kemungkinan seperti itu,” kata Vucic memberi tahu RTS ketika ditanya apakah Serbia akan ikut menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.

“Saya tidak tahu apa yang akan dibawa kehidupan dan bagaimana semuanya akan terlihat di masa depan,” tambahnya.

“Kami memperhatikan kepentingan kami sendiri,” kata Vucic.

“Siapa yang tahu ancaman seperti apa yang mungkin kita hadapi, tetapi seperti yang Anda lihat, sudah 90 hari dan Serbia mempertahankan kebijakannya,” tandas Vucic.

Baca juga: Serbia Pamer Rudal Baru dari China di Tengah Perang Rusia-Ukraina

Baca juga: Presiden Serbia Geram Soal Perlakuan Australia Terhadap Djokovic

Ia menyatakan Serbia satu-satunya negara di daratan Eropa, negara kecil jumlah penduduknkya kecil tetapi sangat bangga mengikuti kebijakannya sendiri.

“Tidak pro-Rusia, bukan pro-Barat, tetapi kebijakannya sendiri,” katanya.

AS dan sekutunya berulang-ulang menekan Beograd untuk bergabung dengan embargo mereka terhadap Rusia atas konflik di Ukraina.

Uni Eropa berpendapat Serbia, sebagai calon untuk bergabung dengan blok tersebut, harus “menyelaraskan” kebijakan dan undang-undangnya dengan kebijakan Brussel, markas Uni Eropa.

Ungkit Kemunafikan Eropa

Hal itu yang ditolak Vucic, meskipun ia mempertahankan tujuan strategis pemerintahnya untuk tetap menjadi anggota Uni Eropa.

“Semua orang menentang saya, menyebut saya kambing hitam,” katanya kepada RTS. Dia mengatakan telah merespon desakan UE tersebut dan mengungkit kemunafikan blok tersebut.

“Anda sekarang berbicara tentang integritas teritorial Ukraina, tetapi Anda tidak berbicara seperti itu 23 tahun yang lalu,” kata Vucic.

Ini merujuk pada perang NATO 1999 yang mengakibatkan pendudukan Provinsi Kosovo di Serbia dan mengakhiri konflik berdarah di wilayah itu.

“Hari ini Anda berbicara tentang menghormati resolusi PBB, tetapi Anda melupakan UNSCR 1244 ketika menyangkut kami,” tambahnya.

Resolusi tersebut, yang mendukung gencatan senjata yang mengakhiri perang 78 hari, juga menjamin kedaulatan Serbia atas Kosovo – yang terus diabaikan oleh AS dan sekutunya ketika mereka mendukung deklarasi kemerdekaan provinsi pemberontak itu pada 2008.

“Anda harus memahami Serbia itu istimewa, karena hanya Serbia yang dibom dan diserang oleh negara-negara NATO, banyak di antaranya anggota UE. Jadi, Anda harus mengingatnya saat berbicara dengan kami, ”kata Vucic kepada para pemimpin UE, menurut wawancara RTS-nya.

Selain tekanan politik dan diplomatik, Serbia telah menghadapi, apa yang oleh penduduk setempat digambarkan sebagai, kampanye intimidasi.

Penerbangan antara Beograd dan Moskow telah terganggu oleh lusinan ancaman bom palsu, yang oleh Vucic dipersalahkan pada dinas intelijen Ukraina dan negara Uni Eropa yang tidak disebutkan namanya.

Ancaman bom palsu juga menargetkan sekolah dan pusat perbelanjaan.

Meskipun menderita kerusakan besar, Serbia akan berjuang untuk mempertahankan kebijakannya untuk tidak bergabung barat.

“Kami telah bertahan selama delapan puluh hari” tanpa membatasi Rusia dan “harga yang kami bayar sangat besar,” kata Alexander Vucic kepada penyiar lokal Prva Minggu sebelumnya.

Serbia tidak memiliki akses ke pasar modal dan tidak dapat melayani pinjaman luar negerinya, yang mempengaruhi kesejahteraan penduduk, keluhnya.

Serbia bertindak seperti ini karena negara berdaulat dan merdeka yang sangat menyadari betapa tidak adil dan tidak perlunya sanksi seperti itu.

Embargo Moskow juga terkait erat pasokan gas dan minyak ke Serbia. Negara itu sepenuhnya bergantung pasokan Rusia,

Vucic berharap Beograd akan dapat menyepakati harga yang baik untuk energi pada pembicaraan mendatang dengan pihak Rusia.

Bulan lalu, presiden Serbia mengklaim dia ditekan habis untuk membatasi hubungannya dengan Rusia. Beograd diancam sanksi energi  jika desakan itu tetap ditolak.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini