Ia mengatakan negara-negara maju saat ini sedang bergulat dengan spiral inflasi, rantai pasokan yang rusak, dan krisis pangan.
Baca juga: Moldova Persiapkan Diri Jika Pecah Perang Efek Konflik Ukraina-Rusia
Baca juga: Sergey Lavrov : Negara Barat Telah Nyatakan Perang Total Memusuhi Rusia
Sementara itu, kata dia, pusat kekuatan ekonomi global telah berpindah ke Asia.
Sanksi Barat telah memicu inflasi Rusia, meskipun Putin mengklaim dapat mengatasinya dengan baik dan bahwa Rusia berpaling dari Barat demi China, India, dan kekuatan lainnya.
"Perwakilan bisnis kita tentu menghadapi masalah, terutama di bidang rantai pasokan dan transportasi. Tapi bagaimanapun, semuanya bisa disesuaikan, semuanya bisa dibangun dengan cara baru," kata Putin.
"Bukan tanpa kerugian pada tahap tertentu, tetapi itu membantu kami menjadi lebih kuat. Bagaimanapun, kami pasti memperoleh kompetensi baru, kami mulai memusatkan sumber daya ekonomi, keuangan, dan administrasi kami pada bidang terobosan," jelas pemimpin Rusia ini.
Bank Sentral Rusia memangkas suku bunga utamanya menjadi 11 persen pada Kamis (26/5/2022).
Pihaknya memprediksi pemotongan lebih banyak tahun ini, karena inflasi melambat dari tertinggi lebih dari 20 tahun dan ekonomi menuju kontraksi.
Zelensky Kecam Barat
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky mendesak negara-negara Barat agar berhenti 'main-main' dengan Rusia.
Ia mendesak Barat segera menjatuhkan saksi-sanksi yang lebih keras kepada Moskow agar perang di Ukraina segera berakhir.
Belakangan ini, Zelensky kerap melontarkan kritik pedas kepada kekuatan Barat.
Baca juga: Pasukan Rusia Hampir Kepung Sievierodonetsk di Ukraina Timur
Baca juga: Keran Gas Rusia Ditutup Industri Austria Bisa Terpukul
Terutama karena Uni Eropa yang tidak segera mencapai kesepakatan melakukan embargo minyak Rusia, sementara ribuan pasukan Moskow berusaha mengepung kota utama di timur Ukraina yakni Sievierodonetsk dan Lysychansk.
Setelah tiga bulan menginvasi, Rusia menghentikan serangannya di wilayah Ibu Kota Kyiv dan berusaha mengambil alih wilayah timur di Donbas.
Wilayah yang dikuasai separatis Ukraina tersebut didukung Rusia sejak 2014.