TRIBUNNEWS.COM - Seorang pejabat Ukraina di wilayah Luhansk mengakui sebagian besar pemukiman pedesaan di sekitar kota Severodonetsk jatuh ke tangan Rusia.
"Saat ini, situasinya sedemikian rupa, sehingga hampir semua pemukiman pedesaan di sekitar Severodonetsk sekarang tidak berada di bawah kendali kami," ungkap Kepala Administrasi Distrik Severodonetsk, Roman Vlasenko kepada televisi Ukraina.
Dilansir CNN, berdasarkan pernyataan Vlasenko, dapat diketahui bahwa rute yang tersedia untuk penarikan pasukan Ukraina di Severodonetsk semakin menyempit.
Jalur pasokan dari kota Bakhmut, yang juga sering diserang artileri, lemah, dengan tembakan terus-menerus.
Baca juga: Pasukan Rusia Kuasai Setengah Kota Severodonetsk di Ukraina Timur
Baca juga: Play-off Piala Dunia 2022: Tak Bisa Tahan Air Matanya, Bek Manchester City Ingin Bawa Ukraina Menang
Kini, evakuasi warga sipil dari Severodonetsk telah ditangguhkan.
Tangki asam nitrat dihantam rudal
Kepala Administrasi Regional Luhansk Serhiy Hayday mengatakan bahwa serangan udara Rusia di Severodonetsk telah menghantam sebuah tangki asam nitrat di sebuah pabrik kimia.
Dia memperingatkan orang-orang di kota untuk tinggal di tempat penampungan.
Baca juga: Rusia Temukan 152 Jasad Tentara Ukraina Sengaja Dipasangi Ranjau di Pabrik Baja Azovstal Mariupol
Baca juga: Ukraina Klaim Telah Tewaskan 30.500 Tentara Rusia, Hancurkan 1.358 Tank dan 174 Helikopter
Tempat perlindungan pasukan Ukraina
Seorang perwira di Milisi Rakyat Luhansk, yang mendukung pasukan Rusia, mengatakan bahwa pasukan Ukraina menggunakan tempat perlindungan bom dan zona industri kota - kompleks pabrik manufaktur berat - untuk melawan.
Andrey Marochko, seorang letnan kolonel di milisi, mengatakan kepada media Rusia bahwa Ukraina juga menggunakan tempat yang lebih tinggi di seberang sungai untuk menembaki milisi.
"Di dekatnya ada kota Lysychansk [yang] terletak di sebuah bukit dan dari sanalah formasi bersenjata Ukraina menembaki kota Severodonetsk," katanya.
Marochko mengklaim bahwa rute pasokan utama Ukraina dari Bakhmut telah dipotong.
"Kami mengendalikan hampir semua logistik, tetapi musuh mencoba jalan memutar untuk memasok pemukiman ini dengan bergerak di antara hutan di jalan tanah."
Pihak Ukraina telah mengakui bahwa menjadi lebih sulit untuk menggunakan jalan raya utama dari Bakhmut karena penembakan yang terus-menerus, dan bahwa mereka menggunakan cara lain untuk mencapai kota-kota di garis depan.
Baca juga: HOAKS Kabar Jenderal AS Ditangkap Pasukan Rusia di Ukraina, Eric Olson Bantah Klaim Tersebut
Pejabat pro-Rusia mengatakan operasi di Severodonetsk "tidak secepat yang kami inginkan"
Sementara itu, masih mengutip laporkan CNN, Pemimpin Republik Rakyat Luhansk (LPR) yang dideklarasikan sendiri, Leonid Pasechnik, mengatakan bahwa operasi Rusia untuk merebut kota Severodonetsk "tidak berjalan secepat yang kita inginkan."
Dilansir TASS, Pasechnik mengatakan "pembebasan kota diperumit oleh pertahanan mendalam Angkatan Bersenjata Ukraina."
Dia mengatakan sepertiga dari kota itu sekarang berada di bawah kendali pasukan Rusia dan LPR.
"Pertama-tama, kami ingin melestarikan infrastruktur kota sebanyak mungkin," kata Pasechnik - meskipun pemboman Rusia atas Severodonetsk telah bertanggung jawab atas sebagian besar kehancuran.
Pasechnik menuduh bahwa tujuan pihak Ukraina "berlawanan, jadi taktik mereka bersembunyi di belakang penduduk sipil telah digunakan secara aktif di Severodonetsk sejak awal operasi militer."
Kedua belah pihak melaporkan pertempuran sengit di kota itu sendiri, dengan beberapa pejabat Ukraina membenarkan bahwa sebagian darinya berada di bawah kendali Rusia.
Baca juga: Cek Fakta AFP, Jenderal Eric Olson Bantah Tertangkap di Ukraina
Baca juga: Pasokan Pupuk Indonesia Kena Imbas Konflik Rusia-Ukraina yang Makin Panas
Dihancurkan blok demi blok
"Kota ini pada dasarnya dihancurkan dengan kejam, blok demi blok," kata Wali Kota Oleksandr Striuk pada Ap News, dilansir Al Jazeera, Selasa (31/5/2022).
Dia menuturkan pertempuran berlangsung sengit di jalan terus berlanjut dan pemboman artileri mengancam kehidupan sekitar 13.000 warga sipil yang masih berlindung di Severodonetsk.
Kota tersebut dulu merupakan rumah bagi lebih dari 100.000 orang.
"Tidak mungkin untuk melacak korban sipil di tengah penembakan sepanjang waktu," kata Wali Kota.
Dia percaya bahwa lebih dari 1.500 penduduk telah meninggal karena berbagai sebab sejak Rusia menginvasi Ukraina pada akhir Februari.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)