TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menunjuk Choe Son Hui sebagai Menteri Luar Negeri wanita pertama di negara tertutup ini.
Diplomat top sekaligus juru runding nuklir terkemuka ini didapuk menjadi Menteri Luar Negeri pada pertemuan pleno Komite Sentral Partai Buruh Korea pada 8-10 Juni 2022.
Pertemuan itu disaksikan langsung oleh Pemimpin Tertinggi Kim Jong Un, lapor media pemerintah KCNA, dikutip dari CNN.
Pengangkatan Choe Son Hui terjadi di tengah ketegangan Semenanjung Korea, usai Pyongyang meningkatkan program pengujian senjatanya yang ditentang PBB.
Baca juga: Amerika Serikat Jatuhkan Sanksi ke Korea Utara Usai Kim Jong Un Rilis Rudal Balistik
Baca juga: AS Kecewa, China dan Rusia Veto Sanksi Baru Dewan Keamanan PBB untuk Korea Utara
Sosok Choe Son Hui
Choe Son Hui merupakan wanita kelahiran ibu kota Korea Utara, Pyongyang, pada tahun 1964.
CNN melaporkan, Choe adalah putri mantan Perdana Menteri Korea Utara Choe Yong Rim, menurut data Kementerian Unifikasi Korea Selatan.
Dilansir Independent, Choe Sun Hui merupakan salah satu wanita paling berpengaruh di Korut bersama adik Kim Jong Un, Kim Yo Jong.
Choe menggantikan Ri Son Gwon, seorang garis keras dengan latar belakang militer yang selama pertemuan itu diumumkan sebagai orang penting baru Kim dalam menghadapi Korea Selatan.
Dia pertama kali muncul di media pada 1997, sebagai penerjemah untuk delegasi Korut dalam negosiasi nuklir empat pihak.
Ia kembali tampil dalam perundingan enam pihak terkait senjata nuklir di tahun 2000-an.
Choe memainkan peran kunci selama KTT Korea Utara dengan AS.
Ia memimpin upaya negosiasi agresif yang ditujukan mantan Presiden AS, Donald Trump.
Pernyataannya yang dipublikasikan di media pemerintah Korea Utara berganti-ganti antara mengancam "pertarungan nuklir" dengan tawaran dialog.
Pada 2018 lalu, dia menemani Kim Jong Un untuk KTT di Singapura dan Hanoi setahun kemudian.
Choe duduk di sampingnya di meja negosiasi.
Dalam pernyataan terakhirnya pada Maret tahun lalu, Choe menuntut AS menghentikan "kebijakan bermusuhan" terhadap Korea Utara, termasuk latihan bersamanya dengan Korea Selatan.
Uji Coba Nuklir Korea Utara
Korea Utara belakangan ini dicurigai akan kembali melakukan uji coba senjata nuklirnya.
Badan Energi Atom Internasional pada Selasa mengatakan, Pyongyang sedang mempersiapkan lokasi uji coba nuklir.
Badan ini memperingatkan situasi seputar program nuklir Korut yang mengkhawatirkan karena terjadi kemajuan pesat.
Baca juga: Langgar UU Transaksi Keuangan, Litecoin Delisting dari Bursa Kripto Korea Selatan
Baca juga: Balas Korea Utara, AS dan Korea Selatan Tembakkan 8 Rudal Balistik
Sepanjang tahun ini saja, Korea Utara telah melakukan 17 peluncuran rudal.
Itu termasuk dua uji coba rudal balistik antarbenua yang berhasil.
Menurut laporan KCNA, pertemuan pleno pada Sabtu lalu tidak membahas soal kemampuan nuklir Korea Utara, uji coba rudal, atau hubungan AS dan Korea Selatan.
"(Kim) mengatakan hak untuk membela diri adalah masalah membela kedaulatan, mengklarifikasi sekali lagi prinsip pertarungan kekuasaan untuk kekuasaan dan pertarungan langsung partai," kata KCNA.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)