TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, sempat menegur dua pejabat tinggi agar mengurangi retorika mereka dalam mendukung Ukraina.
Menurut laporan NBC News yang rilis pada Kamis (16/6/2022), teguran itu dialamatkan kepada Menteri Pertahanan Lloyd Austin dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken pada April lalu.
Dilansir The Hill, insiden tersebut terjadi setelah Kepala Pentagon itu mengatakan bahwa pemerintahan AS ingin Ukraina memenangkan perang melawan Rusia.
Saat itu, ia juga mengatakan bahwa AS ingin Rusia lemah hingga tidak bisa meluncurkan serangan lain.
Baca juga: Mata-mata Rusia Ditangkap Saat Akan Menyusup ke Pengadilan Kejahatan Perang Ukraina di Den Haag
Baca juga: Daftar Senjata yang Diterima Ukraina dari Amerika Serikat dan Sekutunya
Antony Blinken secara terbuka menyamakan pendapatnya dengan komentar Menhan Austin.
Pernyataan ini pun sempat ramai diberitakan.
"Kami ingin melihat Rusia melemah hingga tidak dapat melakukan hal-hal seperti yang telah dilakukannya dalam menginvasi Ukraina," kata Austin saat kunjungan mendadaknya ke Kyiv, April lalu.
Dikutip dari AA, beberapa pejabat anonim mengatakan kepada NBC News bahwa Presiden Biden menelepon kedua pejabat seniornya itu.
Blinken dan Austin mendapat panggilan setelah mereka lepas landas dengan pesawat terpisah dari Polandia.
Selama panggilan konferensi, Biden memberi tahu Austin dan Blinken bahwa mereka telah bertindak terlalu jauh dan memerintahkan untuk menguranginya.
"Biden tidak senang ketika Blinken dan Austin berbicara tentang kemenangan di Ukraina," kata seorang pejabat.
"Dia tidak senang dengan retorika itu," imbuhnya.
Pejabat lain mengatakan Blinken dan Austin beralasan bahwa pernyataan Menhan telah disalahartikan, menurut laporan NBC News.
Seorang pejabat yang tidak disebutkan namanya mengatakan kepada jaringan itu, bahwa Biden khawatir kata-kata Austin dapat menetapkan tujuan yang tidak realistis dan meningkatkan kemungkinan Washington ditarik ke dalam konflik langsung dengan Moskow.
Ketidaksenangan Biden mencerminkan kekhawatiran di dalam pemerintahan AS.
Walaupun Ukraina berhasil bertahan melawan gempuran Rusia, konflik ini berpotensi menjadi perang gesekan.
Pasukan Rusia pun mulai membuat kemajuan, setelah misinya merebut ibu kota Kyiv gagal di awal invasi.
Kini tentara Rusia mendominasi dalam perang di Donbas, Ukraina timur.
Menurut laporan NBC News, para pejabat AS sekarang diam-diam tetapi semakin khawatir bahwa lintasan perang "tidak dapat dipertahankan."
Beberapa pejabat sedang mendiskusikan apakah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky harus mengubah prinsipnya yang tidak akan menyerahkan satu pun wilayah ke Rusia untuk mengakhiri perang, tujuh mantan dan pejabat aktif AS serta dan pejabat Eropa mengatakan kepada NBC.
Baca juga: FBI Selidiki Temuan Chip Komputer AS di Sistem Senjata Rusia yang Digunakan untuk Serang Ukraina
Baca juga: Panglima Militer Inggris Sebut Rusia Telah Kalah Secara Strategis: Kesalahan Rusia yang Mengerikan
Para ahli, pejabat AS, dan Eropa telah menyuarakan keyakinan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan berusaha untuk mengklaim Donbas dan menyatakannya sebagai wilayah Rusia.
Jika skenario ini terjadi, Zelensky harus bernegosiasi guna mengakhiri konflik.
Sementara itu, pemerintahan Biden telah menyatakan bahwa AS tidak akan menekan Kyiv untuk mengakhiri perang dengan persyaratan tertentu dan sedang bersiap dengan kemungkinan perang yang panjang.
Biden juga terus mengirimkan bantuan mematikan ke Ukraina.
Rabu lalu, AS mengumumkan paket bantuan militer terbaru senilai $1 miliar.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)