TRIBUNNEWS.COM - Cuaca buruk beberapa hari ini melanda wilayah Bangladesh dan hulu di timur hingga mengakibatkan banjir dasyat.
Dilansir nypost.com, korban bertambah menjadi 59 orang tewas yang sebelumnya 41 korban.
Dalam laporan yang sama, jutaan warga lainnya terdampar.
Mereka kehilangan tempat tinggal setelah hujan deras mengguyur negara tersebut tanpa henti.
Tentara yang menangani bencana banjir di Bangladesh dan India Utara tersebut mengaku telah menyelamatkan ribuah orang.
Baca juga: Banjir di Bangladesh dan India, Puluhan Orang Dilaporkan Tewas
Baca juga: Rumah Sakit di India Kenalkan Layanan Healthtech ke Metaverse
Sedikitnya 12 orang di Bangladesh meninggal karena tersambar petir.
Dilaporkan, korban lainnya meninggal dunia karena hilang dan tanah longsor.
Dikutip dari Aljazeera pada Minggu (19/6/2022), pejabat setempat menjelaskan jika wilayahnya diterjang banjir dasyat.
Banjir masih menjadi ancaman bagi jutaan orang di dataran rendah Bangladesh.
Sementara para ahli mengatakan, jika perubahan iklim termasuk penyebab hujan dengan intensitas tinggi hingga cuaca ekstrem yang tak menentu.
Hujan tiada henti selama satu pekan terakhir membuat wilayah Bangladesh banjir.
Pasukan gabungan dikerahkan untuk mengevakuasi warga yang tak bisa menyelamatkan diri.
Sekolah-sekolah kini diubah menjadi tempat penampungan bantuan untuk menampung seluruh desa yang terdampak.
Pasalnya, dalam hitungan jam, sungai tiba-tiba meluap karena intensitas hujan yang tak kunjung reda.
"Seluruh desa tenggelam pada Jumat pagi dan kami semua terdampar," ujar Lokman, warga yang tinggal di desa Companoiganj, kepada kantor berita AFP.
Baca juga: Protes Tolak Skema Baru Rekrutmen Angkatan Bersenjata India: Polisi Lepaskan Tembakan, 1 Orang Tewas
Baca juga: Menlu RI Retno Marsudi Singgung Isu Penghinaan Nabi Muhammad Saat Bertemu Menlu India
"Setelah menunggu seharian di atap rumah kami, seorang tetangga menyelamatkan kami dengan perahu darurat. Ibu saya mengatakan dia belum pernah melihat banjir seperti itu sepanjang hidupnya," tambah wanita berusia 23 tahun tersebut.
Warga lain, Asma Akter, mengaku dirinya menyelamatkan diri dari air yang naik.
Ia juga menjelaskan keluarganya tidak bisa makan selama dua hari karena terdampar.
"Air naik begitu cepat sehingga kami tidak bisa membawa barang-barang kami, dan bagaimana kita bisa memasak sesuatu ketika semuanya berada dalam kubangan air," tegasnya lagi.
Sebelumnya dilaporkan, badai terjadi hingga menewaskan 21 orang di seluruh negara Asia Selatan tersebut pada Jumat sore, waktu setempat.
Polisi setempat, Mizanur Rahman, menjelaskan ada korban tiga anak yang berusia 12 dan 14 tahun tersambar petir di Kota pedesaan Nandail.
Empat orang lainnya tewas ketika tanah longsor menghantam rumah mereka di kota pelabuhan Chittagong, jelas inspektur polisi Nurul Islam.
Sedikitnya 16 orang tewas sejak Kamis di Meghalaya, wilayah terpencil di India, tulis keterangan menteri negara bagian Conrad Sangma.
Sementara itu, di wilayah Negara Bagian Assam, lebih dari 1,8 juta orang terdampak banjir setelah hujan deras selama lima hari.
Ketua Menteri Assam Himanta Biswa Sarma mengatakan, jika dia telah menginstruksikan pejabat disktrik untuk memberikan bantuan pada korban yang terjebak banjir.
Baca juga: Kedutaan Besar India Libur Saat Aksi 1706, Aziz Yanuar: Mereka Takut
Baca juga: Aksi Demo Tolak Sistem Militer India Meluas Setelah Internet Dimatikan
Kondisi Bangladesh Memburuk
Banjir di Bangladesh memburuk pada Sabtu pagi.
Kepala administrator pemerintah wilayah Sylhet Mosharraf Hossain mengatakan, awalnya mereda namun kembali memburuk setelah sore.
"Situasinya buruk, lebih dari empat juta orang terdampar oleh air banjir, hampir seluruh wilayah itu tanpa listrik," jelas Hossain.
Banjir juga memaksa bandara internasional terbesar ketiga di Bangladesh di Sylhet ditutup sejak Jumat.
Peramal cuaca mengatakan, banjir akan lebih buruk selama dua hari ke depan dengan kapasitas hujan di Bangladesh dan hulu di timur laut India meningkat.
Sebelum bencana banjir besar minggu ini, wilayah Sylhet sebenarnya belum pulih dari banjir terburuk dalam dua dekade akhir bulan lalu.
Setidaknya 10 orang tewas dan empat juta lainnya terdampak.
Kedua negara telah meminta militer untuk membantu mengatasi banjir yang parah.
Namun intensitas hujan lebat selama akhir pekan justru memperburuk keadaan.
"Kami memperkirakan hujan sedang hingga lebat di beberapa bagian Assam hingga Minggu, volume curah hujan belum pernah terjadi sebelumnya," kelas pejabat di stasion Meteorologi, Sanjay O'Neil di Gauhati, Ibu Kota Assam
DI Bangladesh, distrik-distrik di dekat perbatasan India terkena dampak paling parah.
Ketinggian air di semua sungai besar di seluruh negeri meningkat.
Setidaknya negara tersebut memiliki 130 sungai.
Pusat Prakiraan dan Peringatan Banjir di Dhaka mengatakan banjir kemungkinan akan memburuk di distrik Sunamganj dan Sylhet dan paling parah di wilayah timur laut serta di distrik Lalmonirhat, Kurigram, Nilphamari, dan Rangpur di Bangladesh Utara. (*)
(Tribunnews.com/ Siti N)