TRIBUNNEWS.COM - Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, buka suara terkait alasan Moskow menyetujui pertukaran tawanan perang dengan Ukraina, Kamis (30/6/2022).
Menurut pejabat tinggi Rusia tersebut, membawa pulang tentara Rusia merupakan priotias utama Kremlin.
“Kembalinya prajurit kami dan semua prajurit yang berjuang dan memperjuangkan hak hidup rakyat LPR dan DPR adalah hal utama bagi kami,” kata Peskov kepada wartawan.
Baca juga: Rusia Tembakkan Dua Rudal ke Odesa Ukraina, 17 Orang Tewas dan Puluhan Orang Terluka
Dilansir RT News, pertukaran itu pertama kali diumumkan oleh dinas intelijen militer Ukraina pada Rabu (29/6/2022).
Moskow mengembalikan 144 tentara Ukraina yang ditangkap dengan imbalan jumlah prajurit Rusia yang sama, serta pejuang dari Republik Rakyat Donetsk dan Luhansk.
Kementerian Pertahanan Rusia mengomentari pertukaran pada Kamis, mengungkapkan bahwa itu telah disahkan secara pribadi oleh Presiden Vladimir Putin.
"Pertukaran itu diatur dan dilakukan atas perintah langsung dari panglima tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan, Jenderal Igor Konashenkov.
"Menjaga nyawa, kesehatan, pembebasan prajurit kami, para pejuang Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk, yang merupakan mayoritas dari mereka yang kembali, adalah tugas yang paling penting," tegasnya.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia Vs Ukraina Hari ke-128: Jokowi Bertemu Putin, Rudal Rusia Hantam Apartemen
Di antara tawanan perang ada 43 pejuang resimen Azov
Dikutip dari The Guardian, pertukaran itu termasuk 43 pejuang resimen Azov yang terkenal kejam.
Ratusan anggota unit neo-Nazi berakhir di tahanan Rusia setelah menyerah di pabrik Azovstal di kota pelabuhan Mariupol.
Secara keseluruhan, lebih dari 6.000 tentara Ukraina telah ditangkap selama konflik yang sedang berlangsung, menurut militer Rusia.
Dikutip dari TASS, sehari sebelumnya, Ketua DPR Denis Pushilin mengatakan Republik Rakyat Donetsk dan Ukraina menekankan tugas utama adalah untuk menyelamatkan para pejuang yang mengambil bagian dalam operasi pembebasan khusus.
Menurut Pushilin, musuh ternyata memiliki prajurit yang sangat berharga.
Baca juga: Pasukan Rusia Melarikan Diri dari Pulau Ular Setelah Serangan Artileri Ukraina
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, dengan alasan kegagalan Kyiv untuk mengimplementasikan perjanjian Minsk, yang dirancang untuk memberikan status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina.
Protokol, yang ditengahi oleh Jerman dan Prancis, pertama kali ditandatangani pada tahun 2014.
Mantan presiden Ukraina, Petro Poroshenko, sejak itu mengakui bahwa tujuan utama Kyiv adalah menggunakan gencatan senjata untuk mengulur waktu dan “menciptakan angkatan bersenjata yang kuat.”
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina secara resmi menyatakan dirinya sebagai negara netral yang tidak akan pernah bergabung dengan blok militer Barat mana pun.
Kyiv menegaskan serangan Rusia benar-benar tidak beralasan.
Berita lain terkait dengan Konflik Rusia Vs Ukraina
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)