TRIBUNNEWS.COM – Amerika Serikat (AS) dituding memimpin negara-negara Barat untuk terus menyeponsori peperangan, hingga perdamaian tak kunjung datang.
Juru bicara kepresidenan Rusia Dmitry Peskov mengatakan Washington tidak mengizinkan Kiev untuk berpikir atau berbicara tentang perdamaian dengan Rusia.
"Sekarang adalah saat ketika negara-negara Barat bertaruh pada kelanjutan perang. Ini berarti momen berlanjut ketika negara-negara Barat, di bawah kepemimpinan Washington, tidak mengizinkan Ukraina untuk berpikir atau berbicara tentang perdamaian," kata Peskov dalam sebuah wawancara. dengan saluran TV Rossiya-1 dikutip TASS, Minggu (4/7/2022).
Pada saat yang sama, dia yakin bahwa cepat atau lambat akal sehat di Barat akan menang dan negosiasi di Ukraina akan dilanjutkan.
Baca juga: Ada Aksi Pengusiran, Diplomat Rusia Bawa Keluarganya Tinggalkan Bulgaria
"Sekarang permintaan inisiatif untuk menenangkan situasi telah menurun. Tetapi kami tidak ragu bahwa cepat atau lambat akal sehat akan menang dan sekali lagi giliran negosiasi akan datang," tambah Peskov.
Dia juga mencatat bahwa sebelum proses negosiasi dilanjutkan, Ukraina harus "sekali lagi memahami kondisi Moskow". "Setuju dengan mereka. Duduk di meja. Dan formalkan saja dokumen yang sudah disepakati dalam banyak hal," tutup Peskov.
Para pemimpin Eropa paling sering kekurangan kekuatan untuk dibimbing hanya oleh kepentingan negara mereka, mereka harus mengikuti Barat secara kolektif, kata juru bicara kepresidenan Rusia.
“Para pemimpin Eropa, mereka masih memiliki negara sendiri dengan kepentingan mereka sendiri. Dan mereka sebenarnya dapat memiliki sudut pandang yang berbeda-beda. Kami melihat ini dengan sangat baik,” kata Peskov mengomentari perbedaan antara negara-negara di G20.
Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, mengatakan bahwa 'Tirai Besi' baru sedang turun di antara Moskow dan Barat.
Lavrov berujar, hal ini terjadi di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
"Sejauh menyangkut Tirai Besi, pada dasarnya itu sudah turun," kata Lavrov kepada wartawan selama konferensi pers di ibukota Belarusia, Minsk, pada Kamis (30/6/2022).
"Prosesnya sudah dimulai," imbuhnya, dikutip dari The Moscow Times.
Lavrov juga mengklaim bahwa hubungan antara Rusia dan Uni Eropa telah berakhir.
"(Uni Eropa) telah menghancurkan hubungan yang telah dibangun selama beberapa dekade antara kami dan UE," kata Menlu Rusia ini.
Baca juga: Rusia Kuasai Lysychansk, Zelensky: Kami akan Merebutnya Kembali
Namun ia menambahkan bahwa Moskow masih terbuka untuk negosiasi.
Lavrov juga mengatakan bahwa Kremlin sudah tidak mempercayai Barat.
"Saya hanya bisa mengatakan bahwa mulai sekarang, kami tidak akan mempercayai baik Amerika maupun UE."
"Kami akan melakukan semua yang diperlukan agar tidak bergantung pada mereka di sektor-sektor kritis," kata Lavrov.
Dalam konferensi pers bersama mitranya Vladimir Makei dari Belarusia, Lavrov juga menyinggung KTT NATO di Madrid.
TASS melaporkan, Lavrov mengatakan bahwa KTT NATO di Madrid sekali lagi menunjukkan bahwa negara-negara anggota NATO mengharapkan kepatuhan tanpa syarat atas keinginan mereka dari semua negara.
"Saya percaya bahwa jelas bagi semua orang apa yang mereka harapkan. Mereka tidak menghindar untuk membicarakannya, dan mereka mengatakannya sekali lagi kemarin selama KTT NATO di Madrid."
Baca juga: Lukashenko Tetap Beri Dukungan Invasi Rusia ke Ukraina
"Mereka mengharapkan kepatuhan tanpa syarat dari semua negara atas keinginan mereka, yang mencerminkan kepentingan egois mereka - terutama, kepentingan AS," kata Lavrov.
Dia menggarisbawahi bahwa Eropa modern, yang diwakili oleh UE, kehilangan kemerdekaannya atau tanda-tanda kemerdekaan yang dulu dimiliki, dan sepenuhnya tunduk pada AS.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan Kremlin tidak mempercayai Barat dan sebut hubungan dengan UE telah berakhir. (The Moscow Times)
Moskow meluncurkan operasi militer skala penuh di Ukraina pada 24 Februari.
Hal ini memicu sanksi ekonomi dan diplomatik yang berat dari Amerika Serikat, Inggris dan Uni Eropa terhadap lembaga-lembaga negara Rusia, perusahaan dan sejumlah pejabat dan pengusaha Rusia.
Senjata Terbaru AS Untuk Ukraina
Amerika Serikat akan mengirimkan dua sistem rudal permukaan-ke-udara NASAMS, empat radar kontra-artileri, dan sekitar 150.000 butir amunisi artileri 155 milimeter ke Ukraina, untuk membantu Kyiv bertahan melawan serangan pasukan Rusia.
Pemerintah AS Jumat (1/7/2022) menyatakan akan mengirim bantuan senjata tambahan ke Ukraina sebagai bagian dari paket bantuan terbaru AS, yang diperkirakan berjumlah sekitar 820 juta dolar AS.
Paket bantuan ini diumumkan Presiden AS, Joe Biden pada pertemuan para pemimpin NATO di Madrid, Spanyol.
Melansir dari Aljazeera, paket bantuan tersebut juga dilaporkan akan mencakup lebih banyak amunisi untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Menurut The Associated Press, bantuan tambahan AS ini akan memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan untuk sampai ke Ukraina.
AS berharap, bantuan terbarunya akan meningkatkan kekuatan pasukan Ukraina, di saat Rusia memperkuat serangannya dengan rudal jarak jauh yang telah menghancurkan kota-kota di Ukraina.
Rusia telah menjadikan provinsi Donetsk dan Luhansk yang terletak di Ukraina timur sebagai fokus serangannya, dan memaksa Kyiv untuk menyerah merebut kembali kendali mereka dari Rusia.
Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu, total bantuan militer AS untuk Ukraina mencapai hampir 7 miliar dolar AS.
Invasi Moskow ke Ukraina telah menyebabkan kematian dan memaksa jutaan warga Ukraina mengungsi, serta memicu kertidakstabilan di pasar global dan rantai pasokan.
"Kami akan mendukung Ukraina selama itu diperlukan," kata Joe Biden pekan ini, pada konferensi pers dalam KTT NATO di Madrid, Spanyol.
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy mengungkapkan terima kasihnya kepada AS atas bantuan yang telah diberikan untuk negaranya.
“Saya sangat berterima kasih hari ini kepada Amerika Serikat dan kepada Biden secara pribadi atas paket dukungan untuk Ukraina yang diumumkan hari ini, yang mencakup NASAMS yang sangat kuat, sistem rudal anti-pesawat yang secara signifikan akan memperkuat pertahanan udara kami. Kami telah bekerja keras untuk persediaan ini,” kata Zelenskyy pada Jumat malam.
AS telah menjadi penyumbang terbesar bagi Ukraina, dan negara-negara lain dilaporkan telah meningkatkan jumlah bantuannya untuk membantu Kyiv menghadapi serangan Rusia.
Turki telah mempersenjatai Ukraina dengan drone tempur Bayraktar TB2.
Inggris tercatat memberikan bantuan lebih dari setengah miliar dolar AS, termasuk bantuan kendaraan lapis baja, rudal anti-tank, sistem pertahanan udara, roket dan bahan peledak.
Kanada juga memberikan bantuan kepada Ukraina sebesar 200 juta dolar AS sejak Februari lalu.
Ukraina juga menerima bantuan dari negara-negara lain seperti Spanyol, Prancis, Norwegia, Swedia, Finlandia, dan Denmark, serta negara tetangganya, Polandia dan Slovakia
Serangan Terbaru di Odessa
Di bulan keempat invasi, Rusia meluncurkan rudal yang menghantam sebuah gedung apartemen dan sebuah resor di dekat pelabuhan Laut Hitam di Kota Odessa, Ukraina pada Jumat (1/7/2022).
Serangan ini menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai puluhan lainnya.
Dilansir Reuters, satu rudal menghantam sebuah gedung berlantai sembilan di kota Bilhorod-Dnistrovskyi sekitar pukul 01:00 (2200 GMT Kamis), kata kementerian darurat Ukraina.
Itu juga menyebabkan kebakaran di sebuah gedung toko.
Serhiy Bratchuk, juru bicara pemerintah daerah Odesa, mengatakan kepada televisi pemerintah Ukraina bahwa operasi penyelamatan sedang berlangsung karena beberapa orang terkubur di bawah puing-puing setelah sebagian bangunan runtuh.
Rudal lain menghantam fasilitas resor, kata Bratchuk, menewaskan sedikitnya tiga orang termasuk seorang anak dan melukai satu orang.
Serangan ini terjadi sehari setelah Rusia memutuskan menarik pasukannya dari Pulau Ular sebagai "isyarat niat baik".
Serangan rudal Rusia kembali menghantam Odesa pada Jumat (1/7/2022), dalam penembakan kedua, 3 orang dilaporkan tewas, satu di antaranya seorang anak. - Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov mengatakan Kremlin tidak mempercayai Barat dan sebut hubungan dengan UE telah berakhir. (Twitter)
Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa Rusia tidak menghalangi upaya PBB untuk membuka koridor kemanusiaan yang memungkinkan gandum dikirim dari Ukraina.
Di sisi lain, Ukraina mengklaim berhasil mengusir pasukan Rusia dari posnya di Laut Hitam usai melancarkan serangan artileri dan rudal.
"Itu belum menjamin keamanan. Belum menjamin bahwa musuh tidak akan kembali," kata Presiden Volodymyr Zelensky dalam pidato malamnya.
"Tapi ini secara signifikan membatasi tindakan penjajah. Langkah demi langkah, kami akan mendorong mereka kembali dari laut kami, tanah kami dan langit kami," pujinya.