Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, DEN HAAG - Menteri Energi belanda, Rob Jetten mengumumkan Belanda akan mengakhiri ketergantungannya pada gas Rusia. Namun langkah ini dikhawatirkan dapat memperluas krisis energi di negara tersebut.
Rob Jetten mengatakan dalam sebuah wawancara, Belanda telah melakukan penghematan energi dalam enam bulan terakhir dengan memotong penggunaan gas sebanyak 33 persen.
"Kami telah melihat penghematan energi yang besar dalam enam bulan pertama tahun ini, memotong penggunaan gas hampir 33 persen," kata Rob Jetten, yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Rusia Setop Aliran Gas ke Polandia dan Bulgaria karena Nunggak Bayar, Harga Gas Eropa Naik 24 Persen
Gas Rusia telah memenuhi 15 hingga 20 persen dari impor gas Belanda dalam beberapa tahun terakhir, karena produksi domestik Belanda mengalami penurunan.
Untuk mengantisipasi pemotongan pasokan gas Rusia, Belanda akan meningkatkan produksi di Ladang gas Groningen.
Ladang gas ini merupakan ladang gas alam terbesar di Eropa dan salah satu yang terbesar di dunia. Groningen juga menjadi salah satu pemasok utama gas alam ke Eropa.
Jetten mengatakan, melalui ladang gas ini, Belanda dapat membantu negara-negara tetangganya jika terjadi pemutusan total pasokan gas Rusia.
Ladang gas Groningen mengandung sekitar 450 miliar meter kubik (bcm) gas yang dapat dipulihkan, namun meningkatkan produksi gas alam di Groningen berisiko menyebabkan gempa bumi.
Groningen diharapkan dapat memproduksi 4,5 miliar meter kubik gas tahun ini dan 2,8 miliar meter kubik tahun depan. Ladang gas yang lebih kecil di Belanda dan Laut Utara Belanda diperkirakan akan menghasilkan 10 miliar meter kubik gas.
Baca juga: Warga Uni Eropa Bersiap Hidup Tanpa Pasokan Gas Rusia dan Lonjakan Inflasi
Pemerintah Belanda dengan cepat meningkatkan kapasitas untuk mengimpor gas alam cair (LNG), dengan rencana untuk melipatgandakan kapasitasnya menjadi 24 miliar meter kubik tahun ini.
Beberapa LNG impor akan digunakan untuk membantu negara-negara Eropa lainnya sebagai pengganti gas Rusia.
Jetten memperkirakan penyimpanan gas Belanda, yang menampung 14 miliar meter kubik, telah terisi sekitar 56 persen. Pemerintah Belanda telah memberikan subsidi sejak akhir Mei, untuk membantu perusahaan mempercepat pengisian penyimpanan gas, di saat perusahaan energi Rusia Gazprom berhenti mengirim pasokan gas ke perusahaan gas Belanda, GasTerra.
Jetten menambahkan, kampanye publik yang meminta masyarakat dan perusahaan untuk mengurangi konsumsi gas telah berhasil, meskpiun harga gas yang melonjak dan cuaca juga berperan menekan konsumsi gas di Belanda.
"Kami melakukan banyak pekerjaan ekstra untuk memastikan bahwa penyimpanan gas kami terisi penuh," ujar Jetten.
Baca juga: Gantikan Gas Rusia, Trinidad Percepat Produksi dan Tingkatkan Ekspor LNG ke Eropa
Krisis energi
Namun Jetten menambahkan, saat Rusia memutuskan untuk memotong pasokan gas dalam jangka pendek, hal tersebut dapat memicu terjadinya krisis energi di Eropa.
“Tetapi jika Rusia memotong pasokannya dalam jangka pendek, itu akan mempengaruhi negara lain seperti Jerman, itu juga akan mempengaruhi Belanda. Jadi kita akan menghadapi masalah Eropa, krisis Eropa, jika pasokan gas Rusia turun dalam jangka sangat pendek." tambahnya.
Belanda mendeklarasikan fase pertama krisis energi pada 20 Juni lalu, dengan meningkatkan batas produksi pembangkit listrik tenaga batu bara, yang diharapkan dapat menghemat 2 sampai 3 miliar meter kubik gas negara setiap tahunnya.
Baca juga: Bank Pembangunan Eropa Beri Pinjaman 316 Juta Dolar AS ke Moldova untuk Memutus Pasokan Gas Rusia
Selain itu, produksi yang kuat dari energi angin dan matahari dapat memangkas sekitar 1 miliar meter kubik gas pada paruh pertama tahun ini.