Laporan Wartawan Tribunnews.com, Mikael Dafit Adi Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Pengeluaran rumah tangga di Jepang mencatat penurunan ketiga kalinya secara berturut-turut pada bulan Mei.
Dikutip dari Reuters, Minggu (10/7/2022) hal ini terjadi akibat krisis pasokan chip global yang mengganggu penjualan mobil.
Rumah tangga juga menghadapi tekanan dari penurunan tajam mata uang yen Jepang yang mendorong kenaikan harga bahan bakar dan makanan impor.
Baca juga: Analis Jepang Kritisi Senjata Rakitan yang Menewaskan Mantan PM Shinzo Abe
Menurut data dari Pemerintah Jepang, pengeluaran rumah tangga untuk bulan Mei turun sekitar 0,5 persen jika dibandingkan bulan Mei tahun sebelumnya.
Ini sebagai dampak dari pengeluaran yang lebih rendah untuk sayuran serta mobil, di mana pasokan telah dilanda kekurangan chip dan gangguan rantai pasokan.
"Survei menunjukkan bahwa belanja konsumen berada pada tren menurun," kata Takeshi Minami, kepala ekonom di Norinchukin Research Institute.
"Meskipun mungkin tidak sepenuhnya menangkap pengeluaran aktual, ada kemungkinan besar bahwa kenaikan harga menekan konsumsi," imbuhnya.
Pengeluaran rumah tangga juga turun dari bulan sebelumnya, yakni turun sekitar 1,9 persen, lebih lemah dari perkiraan kenaikan 0,8 persen.
Para pembuat kebijakan khawatir tentang meningkatnya tekanan pada rumah tangga yang menghadapi lonjakan harga makanan dan kebutuhan sehari-hari lainnya serta biaya utilitas yang lebih tinggi seperti listrik.
Baca juga: Pemilu di Jepang Berjalan di Bawah Bayang-bayang Pembunuhan Mantan PM Shinzo Abe
Seorang pensiunan bernama Mieko Inoue yang berusia 76 tahun menjelaskan bahwa invasi Rusia ke Ukraina sebagai penyebab tingginya harga barang di Jepang.
Dia menambahkan, dalam hal ini pemerintah tidak dapat disalahkan.
"Saya sudah menahan diri untuk tidak membeli pakaian," kata Inoue kepada Wartawan Reuters.
Sementara itu, perekonomian Jepang diproyeksikan akan pulih yang didorong oleh konsumsi yang lebih kuat pada kuartal kedua menyusul kontraksi pada Januari hingga Maret.