Semua faksi di Greater Idlib mengoordinasikan operasi defensif dan ofensif mereka melalui Ruang Operasi al-Fateh al-Mubeen, yang dipimpin oleh HTS.
Informasi yang diberikan al-Omar sangat penting. Pria itu bukan hanya corong utama HTS, tapi juga kenalan dekat pemimpin kelompok teroris Abu Mohamad al-Julani.
Informasi Al-Omar mengkonfirmasi laporan baru-baru ini yang berbicara tentang serangan yang didukung Turki oleh HTS dan sekutunya di pedesaan Aleppo barat dan pedesaan selatan Idlib.
Setiap serangan di Greater Idlib akan memudahkan Turki untuk bergerak melawan SDF di wilayah utara.
Serangan semacam itu akan mengalihkan perhatian SAA dan sekutunya dan mencegah mereka memberikan dukungan yang berarti kepada kelompok tersebut.
Dengan dukungan dari Pasukan Dirgantara Rusia, SAA harus mampu menolak setiap serangan oleh HTS dan sekutunya.
Tentara bahkan dapat mengambil keuntungan dari situasi ini dan melanjutkan kemajuannya di Greater Idlib.
Ini akan menandai berakhirnya perjanjian gencatan senjata Rusia-Turki yang ditengahi lebih dari dua tahun lalu.
Perkembangan signifikannya, Tentara Arab Suriah (SAA) terus mengerahkan bala bantuan di daerah-daerah yang dikuasai Pasukan Demokratik Suriah (SDF) pimpinan Kurdi di Suriah utara.
Pada 16 Juli, tentara mengerahkan enam howitzer self-propelled 2S1 Gvozdika 122 mm dan sekitar 200 tentara di daerah al-Awsajli dekat kota Manbij di pedesaan utara Aleppo.
Bala bantuan tiba dalam konvoi yang dikawal oleh helikopter militer Rusia. Howitzer Gvozdika buatan Soviet memiliki jarak tembak efektif lebih dari 15 kilometer dan dapat menembakkan hingga lima peluru per menit.
Manbij adalah salah satu dari dua kota yang disebut oleh Presiden Recep Tayyip Erdogan sebagai target utama dari setiap operasi militer baru Turki melawan SDF di Suriah utara.(Tribunnews.com/Southfront.org/xna)