TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Blaszczak, mengungkapkan bahwa Polandia ingin menciptakan tentara angkatan darat paling kuat di antara anggota NATO di Eropa.
Ini diungkapkan Mariusz Blaszczak dalam wawancaranya untuk surat kabar lokal Polandia, Sieci edisi Senin ini, namun telah dirilis secara online pada Minggu (24/7/2022).
Blaszczak menjelaskan rencana pembangunan militer Polandia di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Ia menekankan bahwa Polandia memerlukan pertahanan yang cukup untuk mencegah potensi ancaman, mengingat negara ini berbatasan dengan wilayah Rusia dan Belarusia.
Diketahui, Belarusia merupakan sekutu dekat Moskow.
"Kami berada di garis depan, kami berbatasan dengan Rusia di utara, dan secara de facto, dalam istilah militer, dari sisi Belarusia," kata Blaszczak, merujuk pada perbatasan Polandia dengan Wilayah Kaliningrad Rusia.
Baca juga: Kuburan Massal Sekitar 8.000 Korban Perang Nazi Ditemukan di Polandia
Blaszczak mengatakan Polandia akan segera memiliki tentara darat terkuat dari semua negara NATO Eropa, lapor media lokal The First News.
Menhan ini menilai ukuran dan kekuatan militer negaranya harus cukup untuk menangkal ancaman besar dari Rusia.
Sebab, menurut dia, Rusia tidak mungkin menyerang negara dengan tentara yang kuat.
"Kremlin tidak akan menyerang seseorang yang kuat. Mereka menyerang jika mereka melihat titik lemah."
"Tidak akan ada negara yang lebih kuat di Eropa (daripada Polandia - PAP) dalam hal artileri dan pasukan lapis baja. Kami akan memiliki kekuatan darat terkuat dari semua negara NATO Eropa," kata Blaszczak.
Ditanya apakah Polandia siap dengan serangan rudal Rusia, Blaszczak menginformasikan bahwa tahap pertama unit rudal Patriot yang dipesan oleh Polandia pada 2018 akan tiba tahun ini.
Blaszczak mengatakan pembangunan sistem pertahanan rudal multi-level untuk Polandia sudah sangat maju.
Menurut laporan Russia Today, rencana ambisius ini akan membuat Polandia bersaing dengan Jerman.
Awal tahun ini, Kanselir Olaf Scholz berjanji menjadikan Bundeswehr atau angkatan bersenjata Republik Federal Jerman, sebagai tentara konvensional terbesar di antara negara-negara anggota NATO di Eropa.
Polandia saat ini mencoba mengisi kembali persediaan senjatanya, setelah mengirim lebih dari 200 tank T-72 era Soviet ke Ukraina.
Pekan lalu, Blaszczak mengumumkan pembelian sekitar 116 tank tempur utama M1 Abrams bekas dari AS, selain kesepakatan terpisah untuk pengadaan 250 tank baru.
Warsawa awalnya berusaha untuk mengisi kembali stoknya dengan tank Leopard 2 Jerman, tetapi kesepakatan gagal terwujud.
Saat itu, Presiden Polandia, Andrzej Duda menuduh Berlin melanggar janjinya untuk mengganti persenjataan Polandia.
Sejarah Ketegangan Rusia-Polandia
Polandia menganggap Rusia sebagai kekuatan neo-imperialis.
Sejak pencaplokan Rusia terhadap Semenanjung Krimea di Ukraina pada 2014, Polandia khawatir akan agenda kebijakan luar negeri Moskow di Eropa timur.
Dilansir Al Jazeera, Polandia bergabung dengan NATO sekira 15 tahun yang lalu dan tetap memandang Rusia sebagai ancaman langsung.
Kekhawatiran Polandia rupanya berakar dari sejarah masa lalu yang panjang.
"Selama berabad-abad, Rusia telah mendambakan wilayah Polandia dan menginvasinya berkali-kali," kata Matthew Bryza, mantan duta besar AS untuk Azerbaijan.
Baca juga: Pedagang Warteg Was-was Harga Mi Instan dan Terigu Naik, Dampak Perang Rusia-Ukraina
"Faktanya, Rusia, bersama dengan Prusia dan Austria, mengukir Polandia dalam tiga (cara) berbeda dari tahun 1772 hingga 1795, yang menyebabkan Polandia tidak lagi ada di peta Eropa. Rusia selama berabad-abad merasa terancam oleh Polandia dan terus-menerus mencoba untuk mengambil alihnya."
"Pada tahun 1920, kaum Bolshevik mencoba menyebarkan Revolusi Bolshevik ke Polandia dengan paksa dan dihentikan oleh Polandia secara ajaib, dalam pertempuran yang dikenal sebagai pertempuran Keajaiban di Vistula. Setelah Perang Dunia II, Rusia, dalam bentuk Uni Soviet, seperti menduduki Polandia," jelasnya.
Invasi Rusia ke Ukraina dipandang Warsawa sebagai peringatan bagi seluruh Eropa.
Di sisi lain, pejabat Moskow menilai Polandia mempromosikan "Russophobia".
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)