TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW – Kontraktor keamanan swasta Rusia, Wagner Group membuka diri dan menunjukkan aksi tempurnya di medan perang Ukraina.
Jurnalis televisi Russia Today, Murad Gazdiev, memperoleh kesempatan langka bergabung kelompok itu saat bertempur di Donbass.
Laporan ekslusif Murad Gasdiev disiarkan, Rabu (27/7/2022) di saluran online dan televisi kelompok media itu.
Para kontraktor keamanan, yang menyebut diri mereka 'Orkestra Wagner' atau 'Musisi', menyembunyikan identitas mereka.
Baca juga: Mali Hentikan Kerjasama dengan Prancis, Undang Wagner Group dari Rusia
Baca juga: Uni Eropa Jatuhkan Sanksi kepada Tentara Bayaran Rusia Wagner Group
Baca juga: Kelompok Wagner, Tentara Bayaran yang Disebut-sebut Incar Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky
Nama Wagner diduga berasal dari kode panggilan pendiri unit tempur itu, Dmitry Utkin, seorang veteran dua kali perang Chechnya.
Nama Richard Wagner terkenal sebagai komposer terkemuka Jerman abad ke-19. Tapi nama Wagner juga telah digunakan di berbagai karakter sastra, permainan komputer, buku komik, dan bahkan produsen sepeda motor.
Sebelum Murad bergabung dengan mereka, unit tersebut baru-baru ini mendorong pasukan Ukraina keluar dari Desa Klinovoe di Republik Rakyat Donetsk.
Para petempur Wagner menembakkan mortir ketika Batalyon Aidar ultra-nasionalis Ukraina dan Brigade Serangan Gunung ke-10 berusaha menahan gempuran mereka.
“Duel artileri dan mortir di sini memekakkan telinga dan tak ada habisnya,” kata Gazdiev saat melaporkan dari garis depan di rekaman videonya.
Selama ofensif mereka di desa itu, pasukan Wagner mendapat serangan munisi tandan (curah), dan harus menghadapi jebakan ranjau anti-personil yang dipasang Ukraina.
“Jika bisa disingkirkan, dilakukan. Jika jebakan tidak bisa dijinakkan, mereka akan meledakkan,” kata Gazdiev.
Sebelum Rusia menggelar operasi khusus pada 24 Februari 2022, kelompok tersebut beroperasi di Timur Tengah dan Afrika.
Kremlin berulang kali membantah adanya hubungan antara Grup Wagner dan pemerintah Rusia, sebagaimana tuduhan barat.
Rusia mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari, akibat kegagalan Kiev mengimplementasikan Perjanjian Minsk 2014.
Perjanjian itu mengatur status khusus wilayah Donetsk dan Lugansk di dalam negara Ukraina. Protokol ditengahi Jerman dan Prancis sebagai penggaransi.
Perjanjian itu pertama kali ditandatangani 2014. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko sejak itu mengakui tujuan utama Kiev gencatan senjata adalah mengulur waktu.
Ukraina saat itu memulai proyek menciptakan angkatan bersenjata yang kuat. Jerman dan Prancis pun gagal menjadi garansi Perjanjian Minsk 2014.
Pada Februari 2022, Kremlin mengakui Republik Donbass sebagai negara merdeka dan menuntut agar Ukraina menyatakan netral, dan tidak akan pernah bergabung blok militer barat mana pun.
Kisah Tentang Grup Wagner
Grup Wagner pertama kali muncul di Ukraina pada 2014 saat mereka turut dalam kekuatan tempur Rusia mengambil kembali Krimea.
Dmitriy Valeryevich Utkin adalah pendiri kelompok tersebut. Sebelum pension, Utkin berpangkat Letnan Kolonel dan komandan brigade unit pasukan khusus Direktorat Intelijen Utama Rusia (GRU).
Ia juga pernah di Detasemen Spetsnaz Independen ke-700 dari Brigade Independen ke-2. Setelah meninggalkan militer, ia mulai bekerja pada 2013 untuk Moran Security Group.
Ini perusahaan swasta yang didirikan veteran militer Rusia, yang terlibat dalam misi keamanan dan pelatihan di seluruh dunia, dan berspesialisasi dalam keamanan terhadap pembajakan.
Pada tahun yang sama, manajer senior Moran Security Group mendirikan Korps Slavonik yang berbasis di Hong Kong.
Perusahaan ini menawarkan jasa perlindungan ladang minyak dan jaringan pipa di Suriah selama perang.
Utkin dikerahkan di Suriah sebagai anggota Korps Slavia. Badan Keamanan Federal Rusia pernah menangkap beberapa anggota Korps Slavia karena aktivitasnya sebagai tentara bayaran ilegal.
Barat seperti laporan The Economist, menuding Utkin dipengaruhi ideologi neo Nazi. Anggota Grup Wagner mengatakan Utkin adalah Rodnover, seorang penganut kepercayaan asli Slavia.
Radio Liberty mengutip orang dalam yang mengatakan kepemimpinan Grup Wagner adalah pengikut Slavia Native Faith, sebuah gerakan keagamaan baru Pagan modern.
Pada Agustus 2017, surat kabar Turki Yeni Safak berspekulasi Utkin mungkin adalah tokoh perusahaan, sedangkan kepala Wagner yang sebenarnya adalah orang lain.
Erica Gaston, penasihat kebijakan senior di Pusat Penelitian Kebijakan Universitas PBB, mencatat Grup Wagner tidak didorong secara ideologis, melainkan semata jaringan tentara bayaran.
Pada Desember 2016, Utkin berfoto Bersama Presiden Rusia Vladimir Putin di sebuah resepsi Kremlin yang diberikan untuk menghormati mereka yang telah dianugerahi Ordo Keberanian dan gelar Pahlawan Federasi Rusia.
Ia berfoto Bersama Alexander Kuznetsov, Andrey Bogatov dan Andrey Troshev. Kuznetsov (tanda panggilan "Ratibor") dikatakan sebagai komandan kompi pengintaian dan penyerangan pertama Wagner.
Bogatov adalah komandan kompi pengintaian dan penyerangan keempat, dan Troshev menjabat sebagai "direktur eksekutif" perusahaan.
Beberapa hari kemudian, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengkonfirmasi kehadiran Utkin di resepsi, menyatakan Utkin berasal dari Wilayah Novgorod.
Resepsi itu diselenggarakan pengusaha Rusia Yevgeny Prigozhin, yang oleh barat kerap dijuluki koki Putin karena perusahaan kateringnya kerap melayani agenda Putin.
Karena itu Prigozhin kerap disebut pemilik sebenarnya Grup Wagner. Prigozhin membantah hubungannya dengan Wagner.
Wagner di Medan Konflik Afrika
Pada 2019, seiring kehadiran PMC Wagner di Afrika, perjalanan yang direncanakan oleh Utkin ke Rwanda dilaporkan dibatalkan pada saat-saat terakhir.
Dia seharusnya bepergian dengan Valery Zakharov, seorang penasihat keamanan Rusia untuk Presiden Republik Afrika Tengah.
Utkin diduga ditarik dari operasi Grup Wagner di Afrika karena terlalu luas p ublikasinya menyusul pemberian medali di Kremlin pada 2016.
AS pun telah menjatuhkan sanksi kepadanya secara pribadi. Penanggungjawab operasi Afrika akhirnya ditangani Kolonel Konstantin Aleksandrovich Pikalov atau Mazay.
Di sisi lain, AS pun di banyak medan konflik kerap menggunakan kontraktor keamanan swasta atau tentara bayaran untuk turut bertempur atau melindungi asset AS.
Di Afghanistan dan Irak, pernah beroperasi perusahaan keamanan swasta Blackwater, yang pendirinya sangat dekat dengan lingkaran Presiden George HW Bush waktu itu.
Blackwater meroket Namanya setelah diduga terlibat pembunuhan brutal warga sipil Irak, menyusul tewasnya sejumlah prajuritnya di Fallujah.(Tribunnews.com/RT/Wikipedia/xna)