Para polisi Solomon juga mampu memberi perlindungan jiwa dan harta benda bagi seluruh penduduk di Kepulauan Solomon, sesuai prinsip kerja "profesionalisme, efisiensi, keramahan" dan "keterbukaan, transparansi, dan itikad baik".
Pelatihan dimulai dari keterampilan tempur tangan kosong, dan ditingkatkan dengan penggunaan peralatan dan taktik polisi, termasuk cara merespons serangan.
Seni bela diri menjadi sorotan dalam pelatihan tersebut. "Kami menggabungkan seni bela diri dan grappling, dan rekan-rekan lokal kami sangat tertarik dengannya, karena mereka tentu semua tahu Bruce Lee dan Jackie Chan," kata Zhang.
"Kami mengajari mereka gerakan seni bela diri yang belum pernah mereka lihat sebelumnya," kata Zhang.
Ia mengatakan pelatihan yang diberikan polisi Tiongkok tidak hanya profesional dan praktis, tetapi juga tulus dan tanpa pamrih.
Setelah pelatihan, petugas polisi setempat diuji dan diberikan sertifikat. Zhang berkomentar demonstrasi ketrampilan pada 1 Juli menunjukkan hasil yang lebih baik dari perkiraan semula.
Polisi Kepulauan Solomon bekerja keras selama pelatihan. Zhang ingat kepolisian menjadi sasaran ketidakpercayaan dan kritik publik karena ketidakmampuan mereka untuk segera mengendalikan kerusuhan.
Apalagi, China telah menyediakan peralatan yang cukup untuk Kepulauan Solomon.
Sekarang semua 1.500 anggota Angkatan Kepolisian Kepulauan Solomon telah diberikan peralatan tersebut, yang memungkinkan mereka merespon kasus kejahatan seperti perampokan dan penjarahan tepat waktu.
Masyarakat Tionghoa setempat yang sering menjadi korban ketidakstabilan sosial sangat menyambut baik hasil pelatihan tersebut.
"Saya terkejut melihat efek yang begitu besar setelah periode pelatihan singkat," Liu Ze, Sekretaris Asosiasi Cina Kepulauan Solomon, mengatakan kepada Global Times.
"Sekarang kami, orang Tionghoa di sini, telah mendapatkan rasa aman yang lebih besar. Asosiasi kami mendirikan pusat kontak antara polisi dan penduduk," katanya.
Kepulauan Solomon dan Cina memiliki banyak perbedaan lingkungan dan politik, dan dalam kondisi budaya dan ekonomi, yang menghadirkan tantangan bagi pekerjaan Zhang.
Diakuinya, kepercayaan dan pemahaman dibangun secara bertahap, terutama karena banyak masyarakat lokal yang kurang memahami Cina.