TRIBUNNEWS.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov tiba di Myanmar untuk kunjungan resmi pada Rabu (3/8/2022), AP News melaporkan.
Dikutip dari kantor berita Rusia TASS, kunjungan Lavrov akan mencakup diskusi dengan pemerintah militer atau junta mengenai masalah keamanan dan ekonomi.
Lavrov bertemu dengan mitranya, Wunna Maung Lwin, dan pejabat tinggi junta lainnya tak lama setelah kedatangannya di ibu kota Naypyitaw, tulis Kementerian Luar Negeri Rusia di Twitter.
Negara-negara Barat telah mengucilkan para jenderal yang berkuasa di Myanmar.
Barat juga masih memberlakukan sanksi ekonomi dan politik terhadap para jenderal karena kudeta mereka dan represi keras terhadap oposisi.
Kunjungan Lavrov, yang pertama ke Myanmar, dilakukan menjelang kehadirannya pada pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang diselenggarakan oleh Kamboja pekan ini.
Baca juga: Seorang Pria Jepang Ditahan di Myanmar setelah Ketahuan Rekam Aksi Demonstrasi
Seperti diketahui, Myanmar telah berada dalam keadaan kekacauan yang meningkat sejak kudera militer tahun lalu.
Militer secara teratur melakukan serangan terhadap militan bersenjata pro-demokrasi dan pendukung mereka serta milisi etnis minoritas yang telah lama berjuang untuk otonomi politik yang lebih besar.
Pakar PBB menggambarkan negara itu dalam perang saudara.
Sementara itu, Rusia adalah pemasok senjata utama Myanmar, meskipun ada seruan dari banyak negara lain untuk embargo senjata.
Jet tempur buatan Rusia digunakan dalam serangan di wilayah di bawah kendali kelompok etnis minoritas.
Rusia dan China, sekutu utama militer yang berkuasa lainnya, telah mampu menghalangi sanksi internasional yang terkoordinasi karena hak veto yang mereka pegang sebagai anggota Dewan Keamanan PBB.
Kegagalan para jenderal Myanmar untuk melakukan upaya memulihkan perdamaian dan demokrasi di negaranya diperkirakan akan menjadi isu utama dalam pertemuan ASEAN pekan ini.
Myanmar adalah salah satu dari 10 anggota ASEAN tetapi gagal mengimplementasikan rencana kelompok itu untuk meredakan krisis.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pertemuan Lavrov dengan Maung Lwin akan membahas prospek seluruh kompleks hubungan Rusia-Myanmar: dialog politik, kerja sama perdagangan dan ekonomi, pertahanan dan keamanan, dan hubungan kemanusiaan.
Jenderal Senior Min Aung Hlaing, yang mengepalai dewan militer yang berkuasa di Myanmar, telah mengunjungi Rusia dua kali sejak mengambil alih kekuasaan.
Pertukaran delegasi pertahanan kedua negara juga terjadi.
Baca juga artikel lain terkait Krisis Myanmar
(Tribunnews.com/Rica Agustina)