News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Ukraina Tarik Pasukan di Kosovo untuk Pulang dan Berperang Melawan Rusia

Penulis: Ika Nur Cahyani
Editor: Pravitri Retno W
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Pasukan Ukraina mengendarai tank di jalan di wilayah timur Ukraina Donbas pada 21 Juni 2022. - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky akan mulai menarik pasukannya di Kosovo yang tergabung dalam misi NATO untuk berperang melawan Rusia.

TRIBUNNEWS.COM - Ukraina akan segera memulai penarikan pasukan penjaga perdamaian dari misi yang dipimpin NATO di Kosovo.

Kabar ini diungkapkan portal berita lokal RBK-Ukraina dengan mengutip informasi dari Komando Militer Ukraina, Rabu (3/8/2022).

Dilansir Reuters, Ukraina saat ini mempertahankan 40 kontingen penjaga perdamaian di Kosovo. 

Tentara Ukraina ini tergabung dalam misi KFOR pimpinan NATO yang berkekuatan 3.800 orang.

Namun pada bulan Maret lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengeluarkan dekrit yang memerintahkan semua misi di luar negeri untuk pulang guna membantu perang melawan Rusia.

"Kembalinya kontingen nasional (Ukraina) akan berarti penghentian sementara partisipasinya dalam misi KFOR," lapor RBK-Ukraina, mengutip perintah militer Ukraina.

Baca juga: Kelompok G7 Pertimbangan Sanksi Baru Terkait Pembatasan Keuntungan Minyak Rusia

Menurut laporan itu, penarikan pasukan Ukraina sejalan dengan dekrit Presiden Zelensky pada 7 Maret.

Dekrit itu memerintahkan militer yang tergabung dalam misi untuk kembali ke negara menyusul adanya invasi Rusia pada 24 Februari.

Kabar ini turut dikonfirmasi pihak NATO.

Seorang pejabat aliansi militer mengatakan penarikan kontingen Ukraina tidak akan mempengaruhi misi penjaga perdamaian.

"Ukraina telah menjadi kontributor berharga bagi misi penjaga perdamaian kami. Kami menyambut baik kontribusi lama negara ini pada upaya kami sehari-hari dalam mendukung semua komunitas yang tinggal di Kosovo," kata pejabat itu.

Misi penjaga perdamaian NATO dikerahkan ke Kosovo pada tahun 1999 setelah kampanye pengeboman 78 hari aliansi itu memaksa pasukan Serbia untuk mengakhiri tindakan keras mereka terhadap orang Albania di Kosovo yang sekarang merdeka, yang sebelumnya merupakan provinsi selatan Serbia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky - Presiden Volodymyr Zelensky akan mulai menarik pasukannya di Kosovo yang tergabung dalam misi NATO untuk berperang melawan Rusia. (Facebook via CNN.com)

Kosovo mendeklarasikan kemerdekaan dari Serbia pada tahun 2008, dan diakui oleh lebih dari 100 negara.

Namun beberapa negara belum mengakuinya.

Diantaranya termasuk Ukraina, lima negara anggota Uni Eropa, Rusia dan China.

Pemerintah di Beograd, yang tetap menentang kemerdekaan Kosovo, mengakui Ukraina secara keseluruhan dan telah tiga kali mengutuk invasi Rusia di PBB.

Tetapi Serbia, yang hampir sepenuhnya bergantung pada gas Rusia, juga menolak untuk bergabung menjatuhkan sanksi terhadap Moskow.

Update Perang Rusia-Ukraina

Konflik antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke 162 pada Kamis (4/8/2022) hari ini.

Belakangan, insiden tewasnya puluhan tawanan perang Ukraina di penjara separatis pro-Kremlin jadi perdebatan Kyiv dan Moskow.

Masing-masing pihak menuduh satu sama lain melakukan penyerangan.

Lantas, apa peristiwa lain yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina?

1. Kasus tewasnya 53 tawanan perang Ukraina karena ledakan di penjara di Olenivka yang dikuasai separatis pro-Rusia diselidiki PBB.

Asap hitam dan kotoran membubung dari kota terdekat Severodonetsk selama pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di wilayah Ukraina timur Donbas pada 9 Juni 2022. - Presiden Volodymyr Zelensky akan mulai menarik pasukannya di Kosovo yang tergabung dalam misi NATO untuk berperang melawan Rusia.  (ARIS MESSINIS / AFP)

The Guardian melaporkan, PBB melakukan misi pencarian fakta menyusul permintaan dari Rusia dan Ukraina. 

Ukraina mengklaim serangan itu direncanakan dan dilakukan tentara bayaran Rusia dari Grup Wagner.

Sedangkan Rusia mengklaim militer Ukraina menggunakan roket AS untuk membombardir penjara.

2. Presiden Zelensky ingin berdiskusi langsung dengan Presiden China Xi Jinping, dengan harapan Beijing dapat mempengaruhi Rusia untuk mengakhiri perang.

"Ini (China) adalah negara yang sangat kuat. Ini adalah ekonomi yang kuat. Jadi (itu) secara politik, ekonomi dapat mempengaruhi Rusia. Dan China (juga) anggota tetap dewan keamanan PBB," kata Zelensky, menurut laporan SCMP.

Sejauh ini, China menolak mengutuk invasi Rusia dan Xi Jinping mengatakan kepada Putin bahwa pihaknya akan mendukung "kedaulatan dan keamanan" Rusia.

3. Senat AS meratifikasi gabungnya Finlandia dan Swedia ke aliansi militer NATO, dengan 95 suara mendukung.

AS adalah negara anggota ke-23 yang meratifikasi ekspansi NATO yang bersejarah ini.

"Pemungutan suara bersejarah ini mengirimkan sinyal penting dari komitmen bipartisan AS yang berkelanjutan kepada NATO, dan untuk memastikan aliansi kami siap menghadapi tantangan hari ini dan besok," kata presiden, Joe Biden, dalam sebuah pernyataan.

Ke-30 anggota NATO harus meratifikasi aksesi sebelum Finlandia dan Swedia dapat menjadi anggota.

4. Kapal pertama yang membawa gandum Ukraina telah sampai di Turki.

Ukraina akhirnya kembali melakukan ekspor biji-bijian di bawah kesepakatan yang ditengahi Turki dan PBB.

Kapal kargo Razoni yang mengangkut gandum berangkat dari pelabuhan Odesa, Ukraina pada Senin (1/8/2022). - Presiden Volodymyr Zelensky akan mulai menarik pasukannya di Kosovo yang tergabung dalam misi NATO untuk berperang melawan Rusia. (Metin Akta?/Anadolu)

Baca juga: Kremlin: Ukraina Bisa Akhiri Konflik Kapan Saja, Ini Syaratnya

Kapal Razoni yang terdaftar di Sierra Leone itu berlayar dari pelabuhan Odesa menuju Lebanon pada Senin kemarin.

Kapal telah diperiksa oleh anggota pusat koordinasi bersama, dan sedang bergerak melalui Selat Bosphorus "dalam waktu dekat".

5. Mantan Kanselir Jerman, Gerhard Schröder, dikecam karena melakukan pertemuan pribadi dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Mengutip The Guardian, Schröder menemui pemimpin Rusia itu pada pekan lalu saat berkunjung ke Moskow.

Dalam sebuah wawancara di media Jerman, Schröder mengatakan ia tidak perlu minta maaf atas persahabatannya dengan Putin.

(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini