Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, MOSKOW - Perang di Ukraina menyebabkan ekonomi Rusia mundur empat tahun setelah Moskow mulai menyerang Kyiv.
Serangan itu telah menempatkan ekonomi Moskow ke jalur penurunan terpanjang yang pernah tercatat dalam sejarah.
Melansir dari Al Jazeera, Sabtu (13/8/2022), ekonomi Rusia yang sempat meningkat pesat pada awal tahun 2022 mengalami kontraksi selama kuartal kedua tahun ini.
Baca juga: Rusia-Ukraina Saling Tuding atas Insiden Penembakan di PLTN Zaporizhzhia
Data yang diterbitkan pada hari Jumat (12/8/2022) lalu menunjukkan produk domestik bruto (PDB) menyusut hingga 4 persen secara tahunan.
Sanksi internasional yang diterima Rusia telah mengejutkan perdagangan dan membuat industri seperti manufaktur mobil lumpuh, sementara daya beli konsumen terus naik.
Walaupun penurunan ekonomi Rusia sejauh ini tidak secepat dari yang diperkirakan sebelumnya, bank sentral negara ini telah memprediksi kemerosotan akan semakin parah di kuartal-kuartal selanjutnya, dan diperkirakan akan mencapai rekor terendahnya pada paruh pertama tahun 2023.
"Perekonomian akan bergerak menuju keseimbangan jangka panjang yang baru. Ketika ekonomi mengalami restrukturisasi, pertumbuhannya akan berlanjut," ujar Deputi Gubernur Bank of Russia, Alexey Zabotkin.
Baca juga: Jajak Pendapat: Kepercayaan Publik Rusia terhadap Vladimir Putin Lampaui 81 Persen
Bank Sentral Rusia bergerak untuk menahan gejolak di pasar keuangan dan mata uang rubel, dengan mengontrol modal dan kenaikan tajam suku bunga.
Sementara stimulus fiskal dan putaran pelonggaran kebijakan moneter yang berulang dalam beberapa bulan terakhir telah dimulai, sehingga meminimalisir dampak sanksi internasional.
Ekstraksi minyak telah pulih dan pengeluaran konsumen rumah tangga menunjukkan tanda-tanda yang stabil.
“Krisis bergerak di sepanjang lintasan yang sangat mulus,” kata ekonom utama Rusia di CentroCredit Bank, Evgeny Suvorov.
Bank Sentral Rusia pada Jumat kemarin menerbitkan laporan prospek kebijakannya untuk tiga tahun ke depan. Otoritas moneter Rusia ini memperkirakan ekonomi akan kembali tumbuh ke tingkat 1,5 persen hingga 2,5 persen pada tahun 2025.
Baca juga: UPDATE Perang Rusia vs Ukraina Hari ke-171: Artileri Pasukan Kyiv Hancurkan Gudang Amunisi Moskow
Sedangkan proyeksi untuk tahun 2022 hingga 2024 tidak berubah, dengan perkiraan PDB masing-masing menyusut 4 persen hingga 6 persen dan 1 persen hingga 4 persen tahun ini dan berikutnya.
Laporan tersebut juga mencakup "skenario risiko", untuk menghadapi gejolak ekonomi global yang semakin memburuk dan ekspor Rusia yang mendapat sanksi tambahan.
Jika hal tersebut terjadi, penurunan ekonomi Rusia di tahun 2023 akan jauh lebih dalam daripada saat krisis keuangan global pada tahun 2009, dan pertumbuhan baru akan berlanjut di tahun 2025.
Kebuntuan atas ekspor energi ke Eropa menimbulkan risiko baru bagi perekonomian Moskow. Badan Energi Internasional memperkirakan penurunan bulanan produksi minyak akan segera dimulai bulan ini, dan memprediksi produksi minyak mentah Rusia akan turun sekitar 20 persen di awal tahun 2023.
"Kemerosotan pada tahun 2022 akan kurang dalam dari yang diharapkan pada bulan April. Pada saat yang sama, dampak guncangan pasokan mungkin lebih lama dari waktu ke waktu," kata Bank Sentral Rusia dalam laporan kebijakan moneternya bulan ini.