TRIBUNNEWS.COM - Novelis Ayat-Ayat Setan, Ahmed Salman Rushdie CH FRSL ditikam oleh seorang pria pada Jumat (12/8/2022).
Saat itu, Salman sedang berada di panggung untuk mengisi acara dalam acara sastra di Chautauqua Institution, Negara Bagian New York, Amerika Serikat.
Salman Rushdie (75) yang berlumuran darah langsung diterbangkan ke rumah sakit dan menjalani operasi setelah ditikam pada bagian leher dan perut.
Agennya, Andrew Wylie, mengatakan Salman Rushdie dalam keadaan kritis sejak Jumat malam.
Penikaman itu mengakibatkan organ hati yang rusak, saraf yang terputus di lengannya, dan mata yang kemungkinan besar buta.
Luka-luka Salman Rushdie termasuk tiga luka tusukan di sisi kanan depan lehernya, empat luka tusuk di perutnya, luka tusukan di mata kanannya, luka tusukan di dadanya, dan luka robek di paha kanannya, menurut keterangan Jason Schmidt, Jaksa Wilayah Kabupaten Chautauqua, seperti diberitakan AP News.
Baca juga: 7 Fakta Penikaman Penulis Kontroversial Salman Rushdie, Diserang saat Jadi Pembicara di Sebuah Acara
Hadi Matar Mengaku Tidak Bersalah
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Hadi Matar (24) dari Fairview, New Jersey.
Hadi Matar ditangkap di tempat kejadian dan saat ini sedang menunggu dakwaan.
Matar lahir satu dekade setelah “The Satanic Verses” diterbitkan.
Motif serangan itu belum jelas, kata Mayor Polisi Negara Bagian Eugene Staniszewski.
Pengacara tersangka penikaman, Nathaniel Barone mengatakan Hadi Matar mengaku tidak bersalah.
Ia mengatakan Matar telah bersikap sangat kooperatif dan berkomunikasi secara terbuka, tetapi Nathaniel tidak membahas isi percakapan itu.
Hadi Matar ditolak jaminan dan dikirim ke Penjara Kabupaten Chautauqua.
Saat ini Hadi Matar sedang menunggu sidang berikutnya pada Jumat (19/8/2022) mendatang.
Selain itu, kini rumah Matar telah diblokir oleh pihak berwenang, seperti diberitakan The Times of India.
Kronologi Penikaman Salman Rushdie
Seorang reporter Associated Press menyaksikan penyerang menghampiri Salman Rushdie di atas panggung di Chautauqua Institution dan menikam serta meninjunya sejumlah 10 hingga 15 kali.
Salman didorong hingga jatuh ke lantai.
Dr Martin Haskell, seorang dokter yang termasuk di antara mereka yang bergegas membantu, menggambarkan luka Rushdie sebagai luka serius, tetapi dapat dipulihkan.
Setelah serangan itu, beberapa pengunjung di acara tersebut mempertanyakan mengapa tidak ada keamanan yang lebih ketat, mengingat ancaman pembunuhan terhadap Rushdie telah ada selama puluhan tahun.
Baca juga: The Satanic Verses, Buku Kontroversial yang Membuat Salman Rushdie Jadi Target Pembunuhan Iran
Rabi Charles Savenor, seorang penonton yang ada di acara sastra tersebut memberikan kesaksiannya.
Menurut Rabi, penyerang itu berlari ke peron dan mulai mendorong Salman Rushdie.
Awalnya, penonton bertanya-tanya apa yang terjadi, hingga mereka menyadari Salman Rushdie sedang dipukuli dan ditikam berkali-kali.
Dia mengatakan serangan itu berlangsung sekitar 20 detik.
Penonton lain, Kathleen James, mengatakan penyerang berpakaian hitam, dengan masker hitam.
Pelaku penikaman, Matar, telah memperoleh izin untuk memasuki lahan seluas 750 hektar milik Chautauqua Institution, kata Michael Hill, presiden pusat pendidikan dan resor nirlaba.
Baca juga: Media Garis Keras Iran Puji Pelaku Penyerang Salman Rushdie, Penulis Novel Ayat-ayat Setan
Kontroversi Salman Rushdie dan The Satanic Verses
Salman Rushdie terkenal dengan novel keempatnya yang berjudul “The Satanic Verses”, yang terbit pada tahun 1988.
Ia pernah mendapat ancaman pembunuhan dari pemimpin Iran pada 1980-an.
Karyanya sering menggabungkan realisme magis dengan fiksi sejarah dan terutama berkaitan dengan koneksi, gangguan, dan migrasi antara peradaban Timur dan Barat, yang terletak di anak benua India.
Novelis berdarah Inggris-Amerika kelahiran India ini harus bersembunyi selama sembilan tahun dari publik setelah karanya The Satanic Verses memicu kemarahan beberapa Muslim, yang menganggap isinya menghujat, dan dilarang di beberapa negara.
Setahun setelah buku itu dirilis, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Khomeini menyerukan agar Salman Rushdie dieksekusi, dikutip dari BBC Internasional.
Dia menawarkan hadiah $ 3 juta (Rp43.984.500.000 Miliar) dalam sebuah fatwa (keputusan hukum yang dikeluarkan oleh seorang pemimpin agama Islam).
Sebuah yayasan keagamaan Iran yang semi-resmi menambahkan lebih $500.000 (Rp7.330.750.000 Miliar) untuk hadiah tersebut pada tahun 2012.
Namun, warga negara Inggris-Amerika yang lahir dari Muslim non-praktik dan juga seorang ateis, telah menjadi pendukung vokal untuk kebebasan berekspresi, sehingga mereka membela karya Salman Rushdie.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Penikaman Salman Rushdie