TRIBUNNEWS.COM - Dugong, mamalia laut lembut yang sering mengunjungi perairan selatan China selama ratusan tahun, telah punah secara fungsional di negara itu.
Demikian laporan sebuah studi baru pada hari Rabu (24/8/2022).
Mengutip CNN, penelitian oleh Zoological Society of London (ZSL) dan Chinese Academy of Sciences mengatakan penangkapan ikan, serangan kapal dan hilangnya habitat yang disebabkan oleh manusia telah membuat jumlah dugong di perairan China menurun dengan cepat dari tahun 1970-an dan seterusnya.
Tanpa bukti kehadiran mereka di China sejak 2008, penelitian menunjukkan "ini adalah kepunahan fungsional pertama mamalia besar di perairan pesisir China," kata laporan itu.
Dugong telah diklasifikasikan sebagai Hewan yang Dilindungi Kunci Nasional Tingkat 1 sejak 1988 oleh Dewan Negara China.
Habitat laut mereka telah terdegradasi dengan cepat oleh manusia dan meskipun upaya restorasi dan pemulihan merupakan prioritas utama di China, "restorasi membutuhkan waktu yang mungkin tidak lagi dimiliki duyung," kata laporan itu.
Ditemukan di perairan pantai dari Afrika Timur ke Vanuatu, dan sejauh utara Jepang, mereka terdaftar sebagai rentan oleh International Union for Conservation of Nature.
Profesor Samuel Turvey dari ZSL's Institute of Zoology, salah satu penulis studi tersebut, mengatakan kemungkinan hilangnya duyung di China adalah kerugian yang menghancurkan.
"Ketidakhadiran mereka tidak hanya akan berdampak pada fungsi ekosistem, tetapi juga berfungsi sebagai peringatan, pengingat serius bahwa kepunahan dapat terjadi sebelum tindakan konservasi yang efektif dikembangkan."
Baca juga: Inilah Jenis-jenis Harimau Asli Indonesia, Harimau Sumatera Kini Berstatus Hampir Punah
Studi ini dilakukan oleh tim ilmuwan internasional yang melakukan wawancara di 66 komunitas nelayan di empat provinsi China di sepanjang wilayah pesisir Laut China Selatan.
Para penulis mengatakan mereka akan menyambut baik bukti bahwa duyung mungkin masih ada di China.
Mereka merekomendasikan agar status regional spesies tersebut dinilai kembali sebagai Sangat Terancam Punah (Possibly Extinct).
(Tribunnews.com/Yurika)