TRIBUNNEWS.COM - Ratusan warga Afrika Selatan menggelar aksi protes di Pretoria dan Cape Town pada Rabu (24/8/2022).
Massa menentang inflasi yang telah melonjak ke level tertinggi dalam kurun 13 tahun.
Protes dipimpin oleh kelompok serikat buruh Kongres Serikat Buruh Afrika Selatan (COSATU), sekutu lama Kongres Nasional Afrika yang memerintah.
Dikutip Al Jazeera, kerusuhan buruh sering mempengaruhi sektor-sektor seperti pertambangan selama negosiasi upah.
Namun COSATU, serikat pekerja terbesar di Afrika Selatan, jarang memimpin protes nasional.
Pejabat serikat mengatakan lebih banyak pemrotes diperkirakan akan bergabung dalam pawai seiring berjalannya hari.
Departemen Layanan dan Administrasi Publik mengatakan, pegawai negara yang berpartisipasi dalam protes yang dipimpin COSATU, yang didukung oleh serikat pekerja dari federasi lain, tidak akan dibayar.
Baca juga: Juarai Miss Supranational 2022, Lalela Mswane: Ini Kemenangan Afrika Selatan
Para pengunjuk rasa memegang plakat bertuliskan "Berhenti Membebani Pajak Makanan Pokok".
Mereka juga bernyanyi saat berbaris melalui pusat Pretoria menuju Union Buildings, lokasi kantor Presiden Cyril Ramaphosa, pendiri COSATU.
Di Cape Town, mereka berbaris menuju Parlemen.
Beberapa mengeluh bahwa seringnya pemadaman listrik oleh perusahaan listrik negara Eskom telah merugikan bisnis.
“Saat ini, saya tidak dapat mengatasi karena tidak ada pekerjaan dan usia saya, saya berjuang,” kata Helen Pont (65) mantan resepsionis hotel, yang berada di antara pengunjuk rasa di Pretoria.
Inflasi konsumen utama Afrika Selatan naik menjadi 7,8 persen tahunan pada Juli, level tertinggi sejak 2009.
Upaya mengekang inflasi
Baca juga: 21 Remaja Afrika Selatan Tewas saat Pesta di Klub Malam, Penyebab Masih Misterius
Bulan lalu, bank sentral menyampaikan kenaikan suku bunga terbesar dalam 20 tahun untuk mencoba mengekang inflasi.
Harga bahan bakar naik 45,3 persen pada Juni 2022.
Pada Oktober 2020, COSATU memimpin protes nasional untuk mengkritik tanggapan pemerintah terhadap pandemi Covid-19, di mana pekerjaan hilang selama lockdown.
Berita lain terkait dengan Afrika Selatan
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)