Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia Lestanti
TRIBUNNEWS.COM, SEOUL - Kapal induk USS Ronald Reagan yang berasal dari Amerika Serikat (AS) dikabarkan telah tiba di pelabuhan Busan Korea Selatan pada Jumat (23/9/2022) waktu setempat.
Kedatangan Ronald Reagan menjadi kunjungan pertama dalam empat tahun terakhir, seperti dikutip dari Reuters kehadiran kapal-kapal ini awalnya dimaksudkan untuk menjalankan misi latihan militer tahunan.
Namun setelah gejolak geopolitik antara pemerintah Kim Jong Un dan Korea Selatan makin memanas, akhirnya mendorong AS untuk ikut turun tangan dengan meningkatkan aktivitas latihan militer gabungan sebagai bentuk peringatan kepada Korea Utara.
Baca juga: Korea Utara Bantah Akan Pasok Senjata ke Rusia
Tak dijelaskan secara mendetail terkait latihan dan armada apa saja yang akan diluncurkan AS serta Korea Selatan selama latihan gabungan berlangsung, namun menurut informasi yang beredar sejumlah aset-aset strategis dengan kemampuan nuklir yang tinggi milik militer AS akan turut diluncurkan dalam operasi gabungan tersebut.
Sebelum AS menggelar aksi latihan militer gabungan, Presiden Korsel Yoon Suk-yeol diketahui telah meminta Presiden AS Joe Biden untuk mendorong dilakukannya lebih banyak latihan bersama serta aksi unjuk kekuatan militer untuk menggertak Korut, yang belakangan ini aktif melancarkan sejumlah uji coba rudal yang mengancam keselamatan sejumlah negara tetangga.
"Meski kunjungan kelompok kapal induk tidak banyak membantu – namun langkah ini kemungkinan dapat mencegah Pyongyang mengembangkan lebih banyak senjata nuklir dan sistem pengiriman, serta kemampuan konvensional," ujar Mason Richey, profesor Hankuk University of Foreign Studies di Seoul.
Menanggapi gertakan AS dan Korea Selatan, presiden Kim Jong Un justru tampak santai, para pengamat mengatakan Pyongyang sepertinya juga sudah bersiap untuk melanjutkan pengujian nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017.
Baca juga: AS Kirim Kapal Induk USS Ronald Reagan, Antisipasi Serangan China di Selat Taiwan
Mengingat sebelumnya Pyongyang pada awal bulan ini telah merilis undang-undang baru yang menegaskan haknya untuk melakukan serangan nuklir, jika diperlukan, guna membela diri.