TRIBUNNEWS.COM - Saluran pipa gas yang berada di Laut Baltik dekat Swedia dan Denmark mengalami kebocoran pada Senin (26/9/2022).
Untuk itu, Otoritas Maritim Swedia mengeluarkan peringatan tentang dua kebocoran di pipa Nord Stream 1, tak lama setelah kebocoran pada pipa Nord Stream 2 di dekatnya ditemukan.
Meskipun tidak ada yang beroperasi, kedua pipa masih mengandung gas di bawah tekanan.
Mengutip ABC News, ledakan terjadi sebelum kebocoran.
Ledakan pertama tercatat Senin pagi (waktu setempat) di tenggara pulau Bornholm, Denmark.
Ledakan kedua yang lebih kuat di timur laut pulau di malam hari, setara dengan gempa berkekuatan 2,3 SR.
Baca juga: Putin Sebut Sanksi Barat Sebabkan Masalah Pasokan Gas Melalui Pipa Nord Stream 1 ke Eropa
Bahkan, Stasiun seismik di Denmark, Norwegia dan Finlandia juga mencatat ledakan tersebut.
Operator jaringan Nord Stream AG mengatakan, hal tersebut belum pernah terjadi sebelumnya.
"Kehancuran yang terjadi pada hari yang sama secara bersamaan pada tiga rangkaian pipa gas lepas pantai dari sistem Nord Stream belum pernah terjadi sebelumnya," kata operator jaringan Nord Stream AG, dikutip dari CNN.
Nord Stream 1, yang beroperasi sejak 2011, tidak pernah melaporkan insiden serupa.
Sementara Nord Stream 2 masih baru.
Dampak Lingkungan
Permukaan Laut Baltik di lepas pantai Bornholm bergolak dengan gas yang keluar dari pipa Nord Stream 2.
Juru Bicara Kementerian Lingkungan Jerman mengatakan gelembung gas tidak menimbulkan ancaman bagi lingkungan laut di Laut Baltik.
Namun, begitu gelembung mencapai permukaan, risikonya meningkat.
Di sisi lain yakni udara, akan ada metana yang bisa menyebabkan ledakan.
Untuk itu, kapal dan penerbangan dilarang melintas.
(Tribunnews.com, Widya)