TRIBUNNEWS.COM - Korea Utara menyebut serentetan peluncuran rudal balistik baru-baru ini sebagai bentuk pertahanan yang sah terhadap ancaman puluhan tahun oleh pasukan militer Amerika Serikat (AS).
Peluncuran rudal itu juga tidak membahayakan keselamatan penerbangan sipil atau menimbulkan ancaman bagi negara-negara tetangga, kata kantor berita Korea Utara KCNA pada Sabtu (8/10/2022) yang dikutip Al Jazeera.
Pernyataan Pyongyang muncul sebagai tanggapan atas kritik baru-baru ini oleh otoritas penerbangan sipil PBB atas enam peluncuran rudal Korea Utara dalam periode 12 hari, termasuk rudal balistik jarak menengah yang terbang di wilayah udara Jepang pada Selasa (4/10/2022).
"(Uji coba rudal) tidak menimbulkan ancaman atau bahaya apa pun terhadap keselamatan penerbangan sipil serta keselamatan negara dan wilayah tetangga," lapor KCNA, mengutip juru bicara administrasi penerbangan di negara tersebut.
"Peluncuran uji coba rudal oleh DPRK adalah langkah pertahanan diri yang teratur dan terencana untuk mempertahankan keamanan negara dan perdamaian regional dari ancaman militer langsung AS yang telah berlangsung selama lebih dari setengah abad," Kantor Berita Korea Selatan Yonhap mengutip pernyataan tersebut.
Untuk diketahui, DPRK adalah akronim untuk Republik Rakyat Demokratik Korea, nama resmi Korea Utara.
Baca juga: Kapal Induk AS dan Kapal Perang Korea Selatan Mulai Latihan setelah Korea Utara Luncurkan Rudal
Pernyataan pada hari Sabtu itu merupakan teguran bagi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) dan kecamannya baru-baru ini atas peluncuran rudal, yang menurut badan PBB itu telah menimbulkan risiko keselamatan serius bagi penerbangan internasional.
"Korea Utara mengatakan pihaknya menganggap kritik semacam itu sebagai provokasi politik AS dan pasukan bawahannya yang bertujuan untuk melanggar kedaulatan DPRK," lapor KCNA.
Seoul, Tokyo dan Washington telah meningkatkan latihan militer bersama dalam beberapa pekan terakhir.
Ketiga negara melakukan latihan angkatan laut tambahan yang melibatkan kelompok pemogokan kapal induk USS Ronald Reagan Angkatan Laut AS.
Seoul mengerahkan jet tempur pada hari Kamis sebagai reaksi terhadap latihan pengeboman Pyongyang di dekat perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara.
Latihan itu dianggap sebagai formasi terbesar pesawat tempur Korea Utara di dekat perbatasan.
Analis mengatakan Pyongyang telah mengambil kesempatan dunia yang terganggu oleh konflik di Ukraina untuk melakukan uji coba senjata yang lebih provokatif.
Peluncuran rudal juga merupakan bagian dari rekor tahun uji coba senjata oleh Korea Utara dan terjadi di tengah pernyataan pemimpin Kim Jong Un bahwa negaranya adalah kekuatan nuklir yang "tidak dapat diubah", yang secara efektif mengakhiri kemungkinan pembicaraan denuklirisasi.
Para pejabat di Seoul dan Washington telah memperingatkan selama berbulan-bulan bahwa Pyongyang mungkin juga akan melakukan uji coba nuklir lagi, kemungkinan setelah Kongres Partai China pada 16 Oktober.
Baca juga: Korea Utara Kembali Tembakkan Rudal Balistik ke Arah Jepang, Bentuk Protes Pengerahan Kapal Induk AS
Korea Utara: Kapal Induk AS Perburuk Ketegangan
Korea Utara memperingatkan bahwa pemindahan kapal induk oleh AS di dekat Semenanjung Korea menyebabkan "percikan negatif yang sangat besar" dalam keamanan regional, Sabtu.
Pernyataan Kementerian Pertahanan Korea Utara muncul sehari setelah kapal induk bertenaga nuklir USS Ronald Reagan memulai babak baru latihan angkatan laut dengan kapal perang Korea Selatan di lepas pantai timur semenanjung itu.
Reagan dan kelompok tempurnya kembali ke daerah itu setelah Korea Utara menembakkan rudal yang kuat di wilayah udara Jepang awal pekan ini untuk memprotes pelatihan kelompok kapal induk sebelumnya dengan Korea Selatan.
"Penempatan kembali Reagan adalah suatu peristiwa percikan negatif yang sangat besar terhadap situasi regional," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Korea Utara sebagaimana dikutip AP News.
"Angkatan bersenjata (Korea Utara) secara serius mendekati perkembangan situasi saat ini yang sangat mengkhawatirkan," tambahnya.
Dia juga menyebut kembalinya Reagan semacam gertakan militer untuk mengeluarkan peringatan Korea Utara terhadap latihan militer gabungan AS dan Korea Selatan yang sangat provokatif dan mengancam.
Korea Utara menganggap latihan militer AS-Korea Selatan sebagai latihan invasi dan sangat sensitif jika latihan tersebut melibatkan aset strategis AS seperti kapal induk.
Korea Utara berargumen bahwa pihaknya terpaksa mengejar program senjata nuklir untuk mengatasi ancaman nuklir AS.
Pejabat AS dan Korea Selatan telah berulang kali mengatakan mereka tidak memiliki niat untuk menyerang Korea Utara.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)