Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Terdapat 2 WNI luka ringan akibat insiden perayaaan Halloween di Itaewon.
Hal ini disampaikan Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesa (PWNI) Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Judha Nugraha yang menyatakan 2 WNI dalam keadaan baik dan telah pulang dari rumah sakit.
"Berdasarkan koordinasi KBRI Seoul dengan otoritas setempat dan rumah sakit, sejauh ini terdapat 2 WNI luka ringan akibat insiden perayaaan Halloween di Itaewon. Kedua WNI tersebut saat ini dalam keadaan baik dan telah pulang dari rumah sakit," ujarnya.
Untuk memantau perkembangan informasi soal kemungkinan adanya korban warga negara Indonesi (WNI) pada kejadian nahas Perayaan Halloween di Itaewon, Korea Selatan (Korsel), pemerintah Indonesia menyediakan nomor hotline.
Adapun, hotline KBRI Seoul yang dapat dihubungi adalah +82 10-5394-2546.
Korban bertambah
Perayaan pesta Halloween di Itaewon, Seoul, Korea Selatan berubah menjadi tragedi mematikan.
Kekacauan yang terjadi akibat banyaknya orang yang memadati jalan-jalan sempit di wilayah Itaewon.
Update terbaru jumlah korban tewas akibat tragedi Halloween Itaewon bertambah menjadi 153 orang.
Data tersebut disampaikan Kementerian Dalam Negeri dan Keselamatan negara Korea Selatan, CNN melaporkan.
Dari 153 korban tewas, 20 di antaranya adalah warga negara asing.
Kepolisian Seoul mengungkap pihaknya telah mengonfirmasi 150 identitas korban tewas akibat insiden Halloween di Itaewon yang terjadi pada Sabtu (29/10/2022).
Baca juga: UPDATE Tragedi Itaewon: Korban Tewas Bertambah Jadi 153 Orang, 20 di Antaranya WNA
Sementara itu, tiga korban tewas dengan jenis kelamin perempuan belum diketahui identitasnya.
Pihak terkait juga belum mengetahui kewarganegaraan dari ketiga wanita korban tewas tersebut.
Lebih lanjut, pada pukul 5 sore waktu setempat, Pemerintah Metropolitan Seoul mengatakan bahwa mereka telah menerima 4.024 laporan orang hilang.
Dikutip dari koreaherald.com, di antara warga negara asing yang tewas adalah orang-orang dari Iran, Uzbekistan, China, Rusia dan Norwegia.
Sementara korban tewas saat ini terdiri dari 97 wanita dan 56 pria.
Diketahui sekira 100.000 orang berada di Itaewon pada hari Sabtu untuk merayakan akhir pekan Halloween.
Baca juga: 5 FAKTA Tragedi Halloween di Itaewon: Tewaskan 151 Orang, Penyebab Masih Diselidiki
Menyusul adanya laporan tragedi berdarah di Itaewon, Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol meminta seluruh kementerian dan lembaga terkait untuk memberikan bantuan kepada korban.
"Semua kementerian dan lembaga terkait, yang dipimpin oleh menteri administrasi publik dan keamanan, harus melakukan segala upaya untuk segera memberikan bantuan kepada para korban," menurut Lee Jae-myung, juru bicara kantor wakil presiden.
Kronologi Tragedi Halloween Itaewon
Kembali dikutip dari koreaherald.com, tragedi Halloween di Itaewon terjadi saat sejumlah besar orang memadati gang sempit yang menghubungkan Exit 1 Stasiun Itaewon dengan World Food Street di belakang Hotel Hamilton.
World Food Street merupakan jalan yang dipenuhi klub dan bar di Itaewon.
Saksi mata mengatakan orang-orang saling mendorong ketika mereka mencoba naik atau turun di gang yang penuh.
Gang tersebut memiliki panjang 45 meter dan lebar 4 meter.
Gang tersebut juga menurun ke bawah menuju jalan utama dan stasiun.
Itaewon memang sudah lama menjadi tempat perayaan Halloween.
Setiap tahun, orang banyak yang mengenakan kostum berkumpul untuk perayaan Halloween.
Baca juga: Pemerintah Korsel Tangani Ribuan Laporan Orang Hilang Terkait Tragedi Pesta Halloween di Itaewon
Kerumuman besar yang terjadi pada perayaan Halloween 2022 diduga karena di tahun ini merupakan Halloween pertama dalam tiga tahun yang diadakan tanpa batasan pandemi.
Tahun lalu, bahkan di tengah pandemi yang sedang berlangsung, banyak orang berkumpul di Itaewon untuk merayakan Halloween.
Terkait insiden ini, Menteri Dalam Negeri Lee Sang-min mengklaim tragedi itu tidak dapat dicegah dengan mengerahkan lebih banyak petugas polisi.
"Ini bukan pertemuan dalam jumlah besar yang menimbulkan kekhawatiran khusus atau ukuran yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya," kata Lee pada briefing yang diadakan di kompleks pemerintah di Seoul, Minggu.
Lee mengakui saat itu sebagian besar polisi dikerahkan ke wilayah Gwanghwamun, di mana beberapa protes sedang terjadi.
Para ahli menyebut dalam insiden ini sangat sulit untuk mencari pihak yang harus bertanggung jawab, karena acara Halloween di Itaewon diadakan tanpa penyelenggara.
"(Untuk jenis acara lainnya) penyelenggara dapat dihukum berdasarkan hukum (karena salah urus), tetapi sulit bagi seseorang untuk menyalahkan acara tersebut karena ini adalah acara sukarela tanpa penyelenggara," Yeom Gun-woong, rofesor di Departemen Administrasi Polisi & Pemadam Kebakaran di U1 University.
"Ketika petugas penyelamat tiba di tempat kejadian, jumlah korban lebih parah dari yang diperkirakan. Pihak berwenang harus memobilisasi ambulans dan petugas penyelamat di seluruh wilayah Seoul yang lebih luas," lanjutnya.
Kendaraan darurat dan petugas penyelamat tidak dapat dengan mudah mendekati lokasi karena kemacetan lalu lintas dan keramaian meskipun tragedi itu terjadi hanya 100 meter dari stasiun pemadam kebakaran terdekat.
"Acara yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga lokal harus memiliki rencana dan tindakan keselamatan jika lebih dari 1.000 orang diharapkan untuk berpartisipasi. Tapi ini adalah acara distrik tanpa penyelenggara khusus, tidak memiliki fungsi kontrol keamanan," kata profesor Lee Young-ju dari Departemen Kebakaran dan Bencana di Universitas Seoul.
"Ini adalah bencana yang sebenarnya bisa dikendalikan atau dicegah. Tapi ini tidak diurus, dengan tidak ada yang mengambil tanggung jawab di tempat pertama," lanjutnya.