Manuver melibatkan 240 pesawat dan ribuan anggota layanan dari kedua negara, menurut Departemen Pertahanan AS.
Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dijadwalkan bertemu dengan timpalannya dari Korea Selatan Lee Jong-sup di Pentagon pada hari Kamis.
Para ahli sebelumnya mengatakan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dapat mengirim pesan dengan sengaja menunjukkan persenjataan negara selama periode konflik global yang meningkat.
Bulan lalu, media pemerintah Korea Utara memecah keheningan enam bulan atas serentetan uji coba rudal tahun ini, mengklaim bahwa itu dimaksudkan untuk menunjukkan kesiapan Pyongyang untuk menembakkan hulu ledak nuklir taktis pada target potensial di Selatan.
Uji coba terbaru juga dilakukan setelah kepala pengawas nuklir PBB memperingatkan pekan lalu bahwa Pyongyang dapat mempersiapkan uji coba nuklir, dengan citra satelit menunjukkan aktivitas di lokasi uji coba nuklir bawah tanahnya.
"Kami mengikuti ini dengan sangat, sangat dekat. Kami berharap itu tidak terjadi tetapi sayangnya indikasi mengarah ke arah lain," kata kepala Badan Energi Atom Internasional Rafael Grossi Kamis lalu.
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida memberikan tanggapan atas tembakan rudal Korea Utara.
Kishida mengatakan Korea Utara meluncurkan rudal pada frekuensi yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Kishida juga menyerukan agar pertemuan Dewan Keamanan Nasional diadakan sesegera mungkin karena meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Jepang Yaukazu Hamada mengatakan Korea Utara menembakkan setidaknya dua rudal dan keduanya diperkirakan jatuh di luar Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Jepang.
Tidak ada kerusakan pada pesawat atau kapal yang dilaporkan saat ini, dan ada kemungkinan rudal balistik terbang pada lintasan yang tidak teratur, tambahnya.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)