TRIBUNNEWS.COM - Korea Selatan mengatakan Korea Utara telah menembakkan rudal balistik ke arah perairan timurnya, AP News melaporkan.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan peluncuran rudal dilakukan pada Kamis (17/11/2022), tetapi tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Peluncuran itu terjadi beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hue mengancam melancarkan tanggapan militer yang "lebih keras" terhadap langkah Amerika Serikat (AS).
Seperti diketahui, AS telah meningkatkan komitmen keamanannya terhadap sekutunya, yaitu Korea Selatan dan Jepang.
Choe Son Hue memperingatkan dalam sebuah pernyataan bahwa kesepakatan KTT AS-Korea Selatan-Jepang baru-baru ini di Korea Utara akan membuat ketegangan di Semenanjung Korea lebih tidak dapat diprediksi.
Sebelumnya, Korea Utara menembakan senjata anti-pesawat era Soviet yang berasal dari tahun 1960-an.
Baca juga: Diduga Persekusi Warganya, Korea Utara Kirim Peringatan ke Jepang
Senjata itu merupakan satu dari lebih dari 20 rudal yang ditembakkan Korea Utara pada Rabu (2/11/2022).
Senjata itu terbang ke arah pulau berpenduduk Korea Selatan dan mendarat di dekat perbatasan laut, hingga memicu sirene serangan udara dan memaksa penduduk di pulau Ulleung untuk mengungsi.
Militer Seoul mengatakan itu adalah pertama kalinya sejak Semenanjuk Korea terbagi pada akhir perang Korea tahun 1953 bahwa sebuah rudal Korea Utara telah mendarat begitu dekat dengan perairan teritorial Korea Selatan.
Tak lama setelah itu, Korea Selatan mengirim kapal penyelamat untuk mencari rudal, yang mendarat di perairan sedalam 1.500 hingga 2.000 meter.
Korea Selatan menemukan puing-puing senjata tersebut, dan mengumumkan hasil identifikasinya pada Rabu (9/11/2022).
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa analisis dari puing-puing sepanjang 3 meter yang diambil dari perairan dekat perbatasan laut timur Korea pada Minggu (6/11/2022) menunjukkan itu adalah salah satu rudal permukaan-ke-udara SA-5 Korea Utara.
Rudal serupa digunakan oleh militer Rusia untuk melakukan serangan darat selama invasi ke Ukraina, kata Kementerian.
"SA-5 adalah rudal yang juga dapat digunakan sebagai rudal darat-ke-darat," kata Kementerian dalam sebuah pernyataan yang dikutip CNA.
"Rusia baru-baru ini menggunakan rudal darat-ke-udara yang serupa dengan rudal darat-ke-darat dalam perang Ukraina," tambah pernyataan itu.
Foto-foto yang dirilis oleh militer Korea Selatan menunjukkan apa yang tampak seperti mesin roket yang hancur dan kabel mencuat dari badan roket yang rusak yang masih menempel dengan sirip.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan sangat mengutuk penembakan SA-5 oleh Korea Utara.
Baca juga: Korea Selatan Desak China Berperan Lebih Besar dalam Mencegah Uji Coba Senjata Nuklir Korea Utara
Penembakan itu dilihat oleh Kementerian sebagai pelanggaran terhadap perjanjian militer antar-Korea 2018 untuk mengurangi ketegangan.
Sementara itu, Militer Korea Utara mengatakan rentetan uji coba misilnya baru-baru ini adalah praktik untuk menyerang target utama Korea Selatan dan AS.
Pyongyang akan melakukan serangan tanpa ampun ke pangkalan udara dan sistem komando operasi Korea Selatan dan AS dengan berbagai rudal yang kemungkinan besar berkekuatan nuklir.
"Operasi militer yang sesuai baru-baru ini oleh Tentara Rakyat Korea adalah jawaban yang jelas dari (Korea Utara) bahwa semakin gigih gerakan militer provokatif musuh berlanjut, semakin teliti dan tanpa ampun KPA akan melawan mereka," kata Staf Umum Korea Utara.
AS dan Korea Selatan melaksanakan latihan gabungan "Vigilant Storm" yang dimulai pada 31 Oktober 2022 sampai 5 November 2022.
Latihan itu adalah yang terbesar untuk manuver musim gugur tahunan.
Sebanyak 240 pesawat tempur termasuk jet tempur canggih F-35 dari kedua negara terlibat dalam latihan tersebut.
Sekutu awalnya seharusnya menjalankan latihan selama lima hari yang berakhir pada Jumat (4/11/2022), tetapi memperpanjang pelatihan pada hari lain sebagai reaksi terhadap uji coba rudal Korea Utara.
Pada Sabtu (5/11/2022), hari terakhir latihan angkatan udara, AS menerbangkan dua pesawat pengebom supersonik B-1B di atas Korea Selatan untuk menunjukkan kekuatan melawan Korea Utara, jalan layang pertama pesawat tersebut sejak Desember 2017.
Kepala Staf Gabungan Korea Selatan mengatakan partisipasi B-1B dalam latihan bersama menunjukkan kesiapan sekutu untuk secara tegas menanggapi provokasi Korea Utara dan komitmen AS untuk membela sekutunya dengan berbagai kemampuan militernya, termasuk nuklir.
Lebih lanjut, Jepang dan AS juga melakukan latihan militer gabungan besar-besaran di Jepang selatan pada Kamis (10/11/2022).
Latihan itu bertujuan untuk meningkatkan kesiapan dalam menghadapi peningkatan ketegasan China dan peluncuran rudal Korea Utara yang semakin intensif.
Latihan "Keen Sword" dua tahunan dimulai di pangkalan udara Jepang.
Latihan juga akan diadakan di beberapa lokasi lain dan sekitar Jepang hingga 19 November.
Sekitar 26.000 tentara Jepang dan 10.000 tentara Amerika, serta 30 kapal dan 370 pesawat dari kedua belah pihak, akan berpartisipasi dalam latihan tersebut, menurut Kementerian Pertahanan Jepang.
Australia, Inggris dan Kanada juga akan bergabung dalam bagian dari latihan tersebut, katanya.
(Tribunnews.com/Rica Agustina)