TRIBUNNEWS.COM, AL HASAKEH – Pemimpin Pasukan Demokrat Suriah (SDF), Ferhat Abdi Sahin alias Mazlooum Abdi, bertekad membakar perbatasan Suriah-Turki jika Turki meluncurkan serangan darat.
Peringatan Ferhat Abdi Sahin dikemukakan sebelum ia bertemu komandan pasukan Rusia di Suriah, Minggu (27/11/2022). Peringatan itu muncul di video pada 26 November.
Pemimpin yang dikenal dengan nom de guerre Mazloum Abdi itu mengatakan Turki sedang bersiap untuk menyerang tiga wilayah di Suriah utara, Kobane, Manbij dan Tell Rifaat.
Pada 20 November Turki meluncurkan operasi besar-besaran terhadap pasukan Kurdi di Suriah dan Irak, dengan nama kode Claw-Lock, sebagai tanggapan atas pemboman baru-baru ini di Istanbul.
Sejauh ini, operasi tersebut terbatas pada serangan udara dan artileri. Namun, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memperingatkan operasi dapat berubah menjadi serangan darat.
Baca juga: Jenderal Rusia Temui Pemimpin Kurdi Suriah, Redam Pertempuran Lawan Turki
Baca juga: AS Khawatir Ancaman Serangan Turki ke Suriah Bisa Bebaskan Ribuan Napi ISIS
Baca juga: Presiden Turki Beri Isyarat Serangan Darat ke Suriah dan Irak, Erdogan: Kami akan Putuskan Bersama
Ankara percaya faksi inti SDF, paramiliter Unit Perlindungan Rakyat (YPG), terlibat pemboman Istanbul 13 November, yang merenggut nyawa enam orang dan melukai lebih dari 80 lainnya.
Namun, Abdi membantah terlibat dan menyerukan penyelidikan internasional atas serangan teroris tersebut.
“Jika Turki memulai perang, seluruh perbatasan Suriah-Turki akan dibakar… pertempuran ini akan berbeda dari yang lalu,” kata Mazloum Abdi.
Turki meluncurkan tiga invasi ke Suriah utara pada 2016, 2018 dan 2019, yang semuanya memperdalam krisis kemanusiaan negara itu dan gagal mengatasi ancaman keamanan ke Ankara.
Mazloum Abdi mengatakan Rusia dan AS, menentang setiap invasi baru ke Suriah. Washington selama ini jadi beking terkuat SDF di Suriah.
“Pemerintah AS secara resmi memberi tahu saya, melalui Brett McGurk, tentang penolakannya terhadap operasi Turki,” lanjutnya.
“Washington sedang berkomunikasi dengan Ankara untuk menghentikan serangan-serangan ini,” tambah Abdi.
Rusia telah memperingatkan SDF tentang kemungkinan invasi Turki ke Suriah utara. Perwira senior Rusia di Suriah telah mendesak kelompok tersebut ntuk menyerahkan control wilayah ke pasukan Suriah.
Yaitu sepanjang garis perbatasan dengan Turki kepada Korps 5 Tentara Arab Suriah (SAA) untuk mencegah invasi baru. Namun, kelompok Kurdi menolak.
Sementara SDF tampaknya belum siap untuk menyerahkan wilayahnya ke Damaskus, ancaman Turki telah membuatnya lebih terbuka untuk berkoordinasi dengan SAA.
Abdi mengatakan selama konferensi persnya, pasukan Suriah harus melindungi Suriah utara, menekankan SDF mencari kerja sama yang lebih baik dengan tentara melawan Turki.
Militer Turki dan proksinya di Suriah utara saat ini sedang membuat persiapan untuk kemungkinan serangan darat terhadap SDF.
Kelompok proksi Turki yang mayoritas berada di Provinsi Idlib, telah mengerahkan bala bantuan di sepanjang perbatasan dengan Turki.
Keberatan Rusia dan AS akan mempersulit Turki untuk meluncurkan invasi baru ke Suriah utara.
Namun, posisi kedua kekuatan internasional tersebut dapat melunak jika SDF terus menolak membuat konsesi politik atau militer.
Pada 26 November, militer Turki dan proksinya melakukan serangkaian serangan artileri dan roket terhadap posisi Pasukan Demokratik Suriah (SDF) dan Tentara Arab Suriah (SAA) di pedesaan barat laut Aleppo.
Serangan itu menargetkan desa Zour Maghar, Zurafa, Bayadi, Ziyarah, Jarqali. Kelima desa tersebut terletak di sebelah barat kota Kobane, benteng SDF yang terkenal.
Pasukan Damaskus telah dikerahkan di pinggiran kota itu sejak 2019.
Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia yang berbasis di London, seorang anggota tentara Suriah terluka akibat serangan Turki.
Di pagi hari, SAA mengerahkan bala bantuan besar di pinggiran barat Kobane.
Bala bantuan termasuk lebih dari 20 tank tempur, kendaraan tempur infanteri, senapan mesin berat yang dipasang di truk, dan howitzer.(Tribunnews.com/Southfront/xna)