Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, SHANGHAI - Aksi protes terhadap pemberlakuan sistem penguncian (lockdown) untuk menekan penyebarang baru virus corona (Covid-19) di China terus meluas. Tidak hanya di Beijing dan kota-kota lainnya, tapi sudah melibatkan warga di Kota Shanghai.
Sabtu lalu, demonstrasi besar-besaran terjadi di pusat kota Shanghai dan warga meneriakkan 'Mundur Xi Jinping, Mundur Partai Komunis'.
Seperti yang dilaporkan kantor media global utama seperti CNN, Reuters dan BBC.
Media-media itu melaporkan bahwa 'kemarahan dan protes terhadap kebijakan karantina Covid-19 menyebar ke seluruh China'.
Orang Tionghoa setempat melaporkan bahwa warga kini antipati terhadap 'Zero Covid-19', kebijakan blokade yang telah dipertahankan selama tiga tahun untuk mencegah penyebaran virus yang sedang menyebar.
Menurut media Barat seperti Bloomberg dan media Taiwan Ziyu pada hari Minggu kemarin, warga turun ke jalan Urumqi Middle Road sejak Sabtu malam hingga Minggu dini hari untuk memprotes kematian 10 warga Urumqi.
Perlu diketahui, Urumqi merupakan kota terbesar di wilayah otonomi Uygur Xinjiang di China barat.
Dikutip dari laman www.donga.com, Senin (28/11/2022), 10 warga itu meninggal dalam kecelakaan kebakaran yang terjadi pada hari yang sama.
Baca juga: Harga Minyak Brent Turun 2,16 dolar AS Setelah Aksi Protes Lockdown Memanas di China
The Associated Press dan Reuters melaporkan jumlah pengunjuk rasa mencapai ribuan, sementara Bloomberg menyebutkan ratusan massa melakukan protes terhadap pemerintah.
Ada banyak orang minoritas Uyghur yang tinggal di Jalan Tengah Urumqi.
Urumqi berada dalam lockdown yang berkepanjangan untuk mencegah penyebaran Covid-19 pada saat kebakaran.
Jumlah kematian meningkat karena butuh waktu lebih banyak untuk otoritas kebakaran memasuki lokasi.
Baca juga: Aksi Protes Tentang Kebijakan Pembatasan Covid-19 China Makin Luas, Massa: Cabut Lockdown
Dalam sebuah video yang diposting di Twitter dan platform lainnya, pengunjuk rasa di Shanghai tampak berkumpul di jalan-jalan dengan menyalakan lilin dan meneriakkan 'Tidak ada kediktatoran' dan 'Tegakkan demokrasi' dengan suara gelisah.
Bloomberg menilai protes Shanghai sebagai aksi 'demonstrasi jalanan anti-pemerintah terbesar sejak protes pro-demokrasi Tiananmen 1989'