Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, LONDON - Orang Inggris yang berbelanja bahan makanan utama untuk makan malam Natal mereka telah menghadapi kenaikan harga yang cukup mengagetkan.
Karena harga kalkun segar telah meroket hingga 45 persen.
Kelangkaan akibat wabah flu burung kini membuat harga kalkun segar melambung tinggi dalam beberapa pekan terakhir, sementara pilihan bagi konsumen juga terbatas.
Dikutip dari laman www.cityam.com, Sabtu (17/12/2022), menurut angka dari Kantor Statistik Nasional untuk bulan November lalu, inflasi harga makanan dan minuman terus mengalami peningkatan mencapai 16,5 persen, meskipun inflasi utama melambat.
Baca juga: Wabah Flu Burung Melanda, Jepang Musnahkan 310.000 Ayam di Prefektur Aichi
Pembeli telah melihat harga toko yang biasa mereka kunjungi, meningkat pada tahun ini setelah perang antara Rusia dam Ukraina serta krisis energi yang memaksa pengecer menaikkan harga.
Dalam pukulan terbaru untuk anggaran pembeli, wabah flu burung bahkan telah mengurangi jumlah burung kalkun sebesar 1,6 juta di Inggris, ini tentunya menekan harga.
Menurut data dari analis ritel Assosia, harga kalkun telah melonjak rata-rata 24,4 persen dibandingkan tahun lalu.
Analis melihat 27 produk sejenis yang tersedia dan menemukan bahwa nyaris semua produk itu telah mengalami kenaikan harga setidaknya 12 persen.
Saat pembeli dapat memilih 65 produk pada tahun lalu, kini mereka hanya bisa memilih 44 produk saja.
Makanan pokok pada makan malam Natal lainnya yang mengalami kenaikan harga yang tajam, termasuk di antaranya saus cranberry yang telah mengalami lonjakan biaya terbesar yakni naik sepertiga.
Menurut analisis harga dari Pengembalian Pajak RIFT, saus cranberry kini seharga 1,20 poundsterling.
Analisis tersebut juga menemukan bahwa kentang memiliki harga 19,9 persen lebih mahal pada tahun ini, sedangkan kalkun yang cukup untuk memberi makan keluarga beranggotakan empat orang, dibanderol dengan harga 14,91 poundsterling.
RIFT memperkirakan bahwa harga rata-rata makan malam Natal akan mencapai 24,07 poundsterling, angka ini meningkat 19,6 persen dari harga tahun lalu sebesar 20,12 poundsterling.
Baca juga: China Deteksi Kasus Pertama Strain Flu Burung H3N8 pada Manusia
"Produsen makanan bergulat dengan 'kenaikan terus-menerus' dalam biaya utama mereka, dari bahan hingga biaya logistik, pengemasan, dan tenaga kerja. Terlepas dari upaya terbaik mereka untuk menemukan penghematan efisiensi, beberapa kenaikan harga harus diteruskan ke konsumen," kata Kepala Eksekutif Federasi Makanan dan Minuman, Karen Betts.
Energi menyumbang 'porsi signifikan' dari biaya perusahaan, ini mengindikasikan bahwa kelompok industri menyerukan 'kejelasan mendesak' dari pemerintah tentang dukungan energi apa yang akan ditawarkan untuk produsen makanan tahun depan.
"Penarikan dukungan tidak diragukan lagi akan memberikan tekanan lebih lanjut pada harga makanan dan minuman," tegas Betts.