Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, INDIANA - Sejumlah negara seperti Amerika Serikat (AS), Kanada, Jepang hingga Mongolia saat ini sedang mengalami cuaca dingin yang esktrem dengan turunnya badai salju yang lebat.
Kondisi ini tidak hanya membuat jarak pandang menjadi sulit, namun juga memaksa pemadaman listrik, menyebabkan kecelakaan kendaraan hingga kematian bagi banyak orang karena suhu dingin yang ekstrem.
Saat ini banyak orang yang tinggal di negara yang tengah memasuki musim dingin atau salju diimbau untuk tetap berada di dalam rumah, jika tidsk ada kepentingan untuk bepergian.
Cuaca ekstrem membuat warga dihimbau tetap berada di dalam rumah dalam keadaan hangat.
Apa pengaruh suhu dingin yang ekstrem pada tubuh manusia?
Tubuh manusia tidak dirancang untuk merasakan cuaca dingin seperti di kutub. Mayoritas manusia hidup di iklim tropis dan sedangdi mana merkuri jarang berada di bawah titik beku.
Sebagian populasi memang telah hidup beradaptasi dengan kutub ekstrem, seperti Inuit di Kutub Utara Kanada dan suku-suku seperti Nenets di utara Rusia.
Namun sebagian besar Homo sapiens tidak memiliki pengalaman hidup pada suhu di bawah nol derajat.
Seiring waktu, kecerdikan dan keahlian manusia telah memungkinkan pembuatan pakaian untuk menahan dingin, kecuali badai salju Arktik yang paling ganas.
Baca juga: Badai Salju Melanda AS Hingga Jepang, Cuaca Dingin Ekstrem Picu Kematian Puluhan Orang
Karena bertahan hidup di kutub adalah tentang menghindari suhu dingin yang paling menakutkan.
Apa yang terjadi saat tubuh kita kedinginan?
Dikutip dari BBC, Selasa (27/12/2022), tubuh manusia memiliki beberapa mekanisme pertahanan untuk mencoba dan meningkatkan suhu inti tubuh saat terasa dingin.
Otot-otot tubuh akan menggigil dan gigi pun gemeretak, bulu berdiri seperti 'merinding'.
Baca juga: Potensi Cuaca Ekstrem di Lokasi Wisata Saat Tahun Baru, Wisatawan Diminta Utamakan Keselamatan
Hipotalamus, kelenjar di otak yang bertindak sebagai termostat tubuh, merangsang reaksi-reaksi ini untuk menjaga agar organ vital tubuh tetap hangat, setidaknya sampai menemukan semacam kehangatan dan perlindungan.
Misi hipotalamus adalah menjaga agar inti tubuh tetap hangat dengan segala cara.
Itulah mengapa tubuh manusia merasakan kesemutan pada jari tangan dan kaki saat berada dalam cuaca yang sangat dingin.
Hal itu karena tubuh menjaga darah hangatnya tetap dekat dengan pusat, menyempitkan supply darah di daerah luar seperti ujung anggota tubuh kita.
Baca juga: Cuaca Ekstrem Akhir Tahun 2022, Pantai Kuta Abrasi hingga Prakiraan Gelombang Tinggi Pantai Selatan
Dalam cuaca yang sangat dingin, terutama jika tubuh telanjang dan tidak tertutup material apapun, maka efek ini dapat berakhir dengan kondisi radang dingin.
Aliran darah berkurang, kekurangan darah hangat dapat menyebabkan jaringan membeku dan pecah.
Namun bagaimana hewan berdarah panas lainnya yang hidup di iklim seperti itu dapat mengatasi kondisi ini?
Hewan kutub ditutupi oleh mantel bulu musim dingin yang memerangkap udara hangat pada tubuh mereka.
Mereka juga memiliki lemak dalam jumlah besar, terkadang tebalnya mencapai beberapa inci. Lemak di badan mereka tidak mentransfer panas dengan baik, sehingga menyimpannya di dalam tubuh.
Sedangkan manusia, dengan kulit telanjang yang ditumbuhi sedikit bulu dan relatif memiliki sedikit lemak, tidak diciptakan untuk hidup pada lingkungan ini.
Namun sifat-sifat ini pun ditiru para ilmuwan di stasiun Antartika, mereka mengenakan pakaian berlapis-lapis yang memerangkap udara hangat di dekat tubuh seperti halnya bulu.
Masalah lain dengan jenis cuaca yang kini mempengaruhi AS adalah bahwa cuaca dingin yang intens dapat memutus kabel listrik karena berat es, sehingga memotong pasokan listrik.
Pipa yang tidak berinsulasi dapat membeku dan pecah.
Begitu pula dengan mobil, dengan titik beku bensin sekitar minus 60 derajat Celcius, namun oli sekitar minus 40 derajat Celcius.
Sedangkan pelumas lain dapat mengental kurang dari itu.
Diesel biasanya menyumbat pada suhu yang jauh lebih hangat, yakni sekitar minus 10 derajat Celcius atau 14 derajat Fahrenheit.
Kecuali jika memiliki aditif khusus untuk memungkinkannya tetap kental dalam suhu dingin.
Ada beberapa cerita serius dalam sejarah untuk memperingatkan kita tentang efek mengerikan dari cuacs dingin ekstrem seperti itu.
Saat tentara Adolf Hitler menginvasi Rusia pada 1941, tepat pada awal musim dingin suhu turun ke tingkat yang sama seperti yang terjadi di AS saat ini, ribuan tentara membeku sampai mati.
Mereka masih mengenakan seragam musim panas saat itu. Mesin truk dan tangki pun membeku, dan hanya bisa dicairkan dengan menyalakan api di bawahnya.
Sedangkan senjata tidak dapat ditembakkan karena minyak telah menyatu dengan kepadatan es. Air mendidih yang diambil dari api pun akan membeku dalam waktu kurang dari satu menit.
Wartawan Italia Curzio Malaparte mengenang dalam novelnya Kaputt melihat para veteran Front Timur turun di Warsawa, Polandia yang saat itu diduduki.
Para prajurit itu semuanya memiliki kelopak mata yang membeku karena cuaca yang sangat dingin.