Dia dikecam karena serangkaian insiden, termasuk keputusan untuk pengiriman 5.000 helm militer ke Ukraina pada Januari tahun lalu, sedangkan pemerintah Ukraina meminta senjata berat untuk menangkal serangan Rusia.
Tiga bulan kemudian, dia membawa putranya yang berusia 21 tahun dalam penerbangan helikopter militer. Perjalanan itu menjadi perdebatan setelah dia memposting foto ke media sosial Instagram.
Kementerian Pertahanan Jerman pada saat itu mengatakan dia telah mengajukan izin dan membayar sendiri biaya penggunaan helikopter, namun para kritikus mengatakan hal itu tetap menunjukkan tindakan yang buruk.
Lambrecht mengundurkan diri di masa-masa yang cukup sensitif karena Scholz menghadapi tekanan yang meningkat untuk membuat langkah dalam bantuan militer Jerman ke Ukraina dengan menyetujui pengiriman tank tempur Leopard 2.
Berlin telah memberikan dukungan militer yang besar ke Ukraina sejak Rusia melancarkan invasinya pada Februari tahun lalu. Awal bulan ini, Jerman setuju memberikan 40 pengangkut personel lapis baja Marder dan baterai rudal pertahanan udara Patriot ke Kyiv.
Namun para kritikus, yang beberapa berada di dalam koalisi pemerintahan Jerman, menuduh Scholz ragu-ragu untuk meningkatkan bantuan.
Baca juga: Jerman Tolak Tuntutan Polandia soal Ganti Rugi Perang Dunia II Senilai 1,4 Triliun Dolar
Sebagai mantan menteri kehakiman dan menteri untuk keluarga dan wanita, Lambrecht cukup dihormati dalam peran tersebut, namun secara luas dipandang sebagai salah satu menteri terlemah di kementerian pertahanan.
Lambrecht pun dipandang gagal memperkuat militer Jerman atau Bundeswehr meski sudah memperoleh anggaran khusus sebesar 100 miliar euro. Minimnya pengalaman militer juga dianggap menjadi kelemahan Lambrecht sebagai menteri pertahanan.
Bulan lalu, Lambrecht menepis anggapan bahwa pemerintah Jerman terlalu lamban dalam mendorong pengeluarannya.
Dia mengatakan para pejabat telah bergerak cepat tetapi "proyek semacam itu harus dinegosiasikan dengan hati-hati karena ini adalah uang pajak."