Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, BERLIN - Menteri Pertahanan Jerman, Christine Lambrecht, telah mengundurkan diri pada Senin (16/1/2023).
Lambrecht mundur dari jabatannya setelah menghadapi kritik karena kebijakan dan kesalahan komunikasi publiknya dianggap merusak respons Jerman terhadap perang di Ukraina
Dalam pernyataan tertulisnya, Lambrecht mengatakan bahwa "berbulan-bulan fokus media pada pribadi saya telah menghalangi debat faktual" tentang militer dan kebijakan keamanan Jerman.
“Pekerjaan berharga para prajurit dan banyak orang di departemen saya harus berdiri di depan,” katanya, seperti yang dikutip dari Al Jazeera.
Baca juga: Amerika dan Jerman Sepakat Kirim Kendaraan Tempur Infanteri ke Ukraina
Tekanan yang diterima Lambrecht meningkat baru-baru ini setelah dia menyampaikan pesan dalam sebuah video Tahun Baru 2023 yang dinilai buruk oleh banyak orang sehingga kembali menuai kritik
Video yang beredar di media sosial itu difilmkan di jalan-jalan Berlin di tengah kemeriahan perayaan Tahun Baru 2023.
Dengan suara yang nyaris tidak terdengar akibat suara kembang api di belakangnya, Christine Lambrecht merenungkan tahun 2022 yang berakhir dengan "perang masih berkecamuk di tengah Eropa".
“Perang berkecamuk di tengah-tengah Eropa. Dan terkait dengan itu bagi saya adalah banyak kesan khusus yang dapat saya peroleh – banyak, banyak pertemuan dengan orang-orang hebat yang menarik,” ujarnya.
Sementara itu, seorang juru bicara Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dia telah menerima pengunduran diri Lambrecht dan penggantinya akan segera diumumkan.
Wanita berusia 57 tahun itu menjabat sebagai menteri pertahanan Jerman sejak Scholz menjadi kanselir pada Desember 2021. Keduanya adalah anggota Partai Sosial Demokrat (SPD) Jerman.
Jurnalis Al Jazeera, Dominic Kane, yang melaporkan dari Berlin, menggambarkan pengunduran diri Lambrecht sebagai "sakit kepala" bagi Scholz dan mengatakan penggantinya kemungkinan besar akan dipilih dari SDP.
"Orang itu harus mempercepat dengan cukup cepat sejauh menyangkut perang di Ukraina dan kontribusi Jerman ke Ukraina," kata Kane.
“Ada banyak hal di dalam nampan untuk siapa pun yang muncul sebagai menteri baru, tetapi kecil kemungkinannya akan ada perubahan besar dalam kebijakan Jerman yang dibawa hanya oleh siapa pun yang menggantikan Christine Lambrecht,” tambahnya.
Kritikus telah lama menggambarkan Lambrecht gagap dalam menanggapi situasi perang yang berlangsung di Ukraina.
Dia dikecam karena serangkaian insiden, termasuk keputusan untuk pengiriman 5.000 helm militer ke Ukraina pada Januari tahun lalu, sedangkan pemerintah Ukraina meminta senjata berat untuk menangkal serangan Rusia.
Tiga bulan kemudian, dia membawa putranya yang berusia 21 tahun dalam penerbangan helikopter militer. Perjalanan itu menjadi perdebatan setelah dia memposting foto ke media sosial Instagram.
Kementerian Pertahanan Jerman pada saat itu mengatakan dia telah mengajukan izin dan membayar sendiri biaya penggunaan helikopter, namun para kritikus mengatakan hal itu tetap menunjukkan tindakan yang buruk.
Lambrecht mengundurkan diri di masa-masa yang cukup sensitif karena Scholz menghadapi tekanan yang meningkat untuk membuat langkah dalam bantuan militer Jerman ke Ukraina dengan menyetujui pengiriman tank tempur Leopard 2.
Berlin telah memberikan dukungan militer yang besar ke Ukraina sejak Rusia melancarkan invasinya pada Februari tahun lalu. Awal bulan ini, Jerman setuju memberikan 40 pengangkut personel lapis baja Marder dan baterai rudal pertahanan udara Patriot ke Kyiv.
Namun para kritikus, yang beberapa berada di dalam koalisi pemerintahan Jerman, menuduh Scholz ragu-ragu untuk meningkatkan bantuan.
Baca juga: Jerman Tolak Tuntutan Polandia soal Ganti Rugi Perang Dunia II Senilai 1,4 Triliun Dolar
Sebagai mantan menteri kehakiman dan menteri untuk keluarga dan wanita, Lambrecht cukup dihormati dalam peran tersebut, namun secara luas dipandang sebagai salah satu menteri terlemah di kementerian pertahanan.
Lambrecht pun dipandang gagal memperkuat militer Jerman atau Bundeswehr meski sudah memperoleh anggaran khusus sebesar 100 miliar euro. Minimnya pengalaman militer juga dianggap menjadi kelemahan Lambrecht sebagai menteri pertahanan.
Bulan lalu, Lambrecht menepis anggapan bahwa pemerintah Jerman terlalu lamban dalam mendorong pengeluarannya.
Dia mengatakan para pejabat telah bergerak cepat tetapi "proyek semacam itu harus dinegosiasikan dengan hati-hati karena ini adalah uang pajak."