TRIBUNNEWS.COM - Militer Taiwan berencana mengizinkan wanita berpartisipasi dalam pelatihan pasukan cadangan untuk pertama kalinya.
Kebijakan baru ini diumumkan pada Selasa (17/1/2023) kemarin karena China terus meningkatkan tekanan militer di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri yang demokratis itu.
Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan akan mengizinkan 220 tentara wanita yang diberhentikan untuk mendaftar dalam pelatihan mulai kuartal kedua tahun ini.
Dikutip CNN, Mayor Jenderal Yu Wen-cheng, dari All-Out Defence Mobilization Agency kementerian, mengatakan langkah tersebut akan menjadi uji coba untuk tahun ini.
Kementerian Pertahanan Taiwan sebelumnya mengatakan hanya melatih pasukan cadangan laki-laki karena tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk mengakomodasi kedua jenis kelamin.
Di sisi lain, anggota parlemen Taiwan mengatakan mengecualikan perempuan dari pelatihan cadangan merupakan diskriminasi gender.
Baca juga: Jadi Primadona Global, Ekspor Chipset Taiwan Melonjak 18,4 Persen di 2022
Perpanjang masa wajib militer
Pada Desember 2023, Taiwan mengumumkan akan memperpanjang masa wajib militer untuk semua pria yang memenuhi syarat dari empat bulan menjadi satu tahun mulai dari 2024 mendatang.
Persyaratan tersebut akan berlaku untuk pria yang lahir setelah tahun 2005.
Taiwan memiliki pasukan militer sekitar 170.000 personel.
Sebagian besar terdiri dari sukarelawan, sementara juga melatih sekitar 120.000 cadangan setiap tahun, menurut CIA World Factbook.
Laki-laki berusia 18 hingga 36 tahun harus menjadi sukarelawan untuk bertugas di militer atau menjalani masa wajib militer di cadangan.
Baca juga: Usai Kirimkan Bantuan Kemanusiaan, Taiwan Berniat Perbaiki Infrastruktur Digital Milik Ukraina
Pada 2021, wanita merupakan 15 persen dari militer Taiwan.
"Tetapi sebagian besar bertugas dalam peran non-tempur," kata CIA Factbook.
Reformasi struktur militer Taiwan
Dikutip CNN, Presiden Taiwan Tsai Ing-wen pada Selasa (27/12/2022), juga mengumumkan serangkaian reformasi pada struktur militer Taiwan.
Rencana itu termasuk membagi pasukan menjadi empat kategori utama: pasukan tempur utama, pasukan garnisun, sistem pertahanan sipil, dan sistem cadangan.
Pasukan tempur utama akan terdiri dari tentara profesional dan mengambil tanggung jawab keamanan teritorial.
Lalu, pasukan garnisun sebagian besar terdiri dari wajib militer dan melakukan tugas melindungi infrastruktur utama di dalam Taiwan.
Baca juga: Perayaan Tahun Baru Imlek di Negara Asia: Hong Kong, Singapura hingga Taiwan
Selama pelatihan, wajib militer akan bekerja dengan senjata modern seperti drone dan melatih keterampilan pertolongan pertama dan menyelamatkan nyawa.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)