TRIBUNNEWS.COM - Menteri luar negeri Swedia, Tobias Billstrom, menahan diri untuk tidak menjawab pertanyaan tentang pembakaran kitab suci umat Islam, Al-Quran.
Ketika menghadiri sesi Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Eropa di Brussel, Tobias Billstrom mendapatkan petanyaan dari seorang anggota parlemen independen Hungaria, yaitu Marton Gyongsi, dikutip dari aa.com.
Marton Gyongsi menanyakan kepada Tobias Billstrom tentang bagaimana Swedia akan mempercepat proses keanggotaan NATO di tengah protes terbaru di Stockholm yang menargetkan Türkiye dan presidennya, serta pembakaran Al-Quran.
Menurutnya, aksi pembakaran Al-Quran di Swedia berdampak negatif pada sikap Ankara, sekutu NATO selama lebih dari tujuh dekade.
Sehingga Swedia dan Finlandia perlu meratifikasi permohonan keanggotaan mereka untuk bergabung dengan aliansi tersebut.
Namun,Tobias Billstrom memilih untuk menghiraukan pertanyaan tersebut.
Baca juga: Murka Alquran Dibakar, Erdogan: Swedia Tak Perlu Andalkan Dukungan Turki Demi Gabung dengan NATO
Hanya Jawab Pertanyaan dari Wartawan Swedia
Setelah sesi tersebut selesai, Tobias Billstrom memilih untuk hanya menjawab pertanyaan dari wartawan Swedia.
Sehingga ia menghiraukan pertanyaan dari Anadolu.
Kepada wartawan Swedia, Billstrom mengatakan, nantinya Stockholm akan menghubungi Helsinki untuk lebih memahami pernyataan terbaru Türkiye tentang masalah tersebut.
Billstrom juga menegaskan, Stockholm akan mematuhi memorandum yang ditandatangani Juni lalu antara dengan Türkiye dan Finlandia
Isi memorandum tersebut adalah kedua negara Nordik berjanji untuk mengambil langkah-langkah melawan teroris untuk mendapatkan keanggotaan dalam aliansi NATO, yang mereka cari karena perang Rusia-Ukraina.
Belakangan ini, ada pernyataan dari Helsinki yang mengatakan pihaknya dapat mempertimbangkan untuk mengajukan permohonan keanggotaan NATO tanpa Swedia.
Namun, pernyataan tersebut dibantah oleh Billstrom.
Billstrom memastikan pengajuan keanggotaan NATO tanpa Swedia tidak akan terjadi.
Sebelumnya, Tobias Billstrom telah menegaskan Pemerintah tidak mendukung pembakaran kitab suci.
"Pemerintah Swedia sangat jelas bahwa kami berdua memiliki kebebasan berekspresi di Swedia, tetapi kami juga telah menegaskan bahwa kami tidak memihak orang-orang yang telah melakukan ini," kata Billstrom.
Sebagain informasi, aksi pembakaran kitab suci umat Islam, Al-Quran di Swedia dilakukan oleh seorang politisi ekstrimis Swedia-Denmark, Rasmus Paludan, pada Sabtu (21/1/2023), lalu.
(Tribunnews.com/Farrah Putri)