Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNNEWS,COM, BANGKOK - Warga di ibu kota Thailand, Bangkok telah disarankan untuk bekerja dari rumah atau Work from Home (WFH) dan memakai masker, karena polusi udara yang semakin memburuk ke tingkat yang tidak sehat.
Pejabat kota itu mendesak setiap orang untuk menggunakan transportasi umum dibandingkan mobil pribadi saat bepergian.
Pihak berwenang pun tengah berupaya mengurangi sumber polusi seperti pembakaran di luar ruangan dan kegiatan konstruksi.
"Masker juga akan dibagikan kepada orang-orang yang rentan," kata pihak berwenang Bangkok.
Baca juga: Kesepakatan KTT APEC 2022 di Bangkok Dinilai Bisa Dorong Industri Perumahan Makin Hijau
Dikutip dari laman The Guardian, Kamis (26/1/2023), Gubernur Bangkok, Chadchart Sittipunt mengatakan bahwa polusi diperkirakan akan meningkat pada Kamis ini, namun ini tidak mendorong sekolah untuk ditutup.
"Saya ingin meminta orang untuk bersiap dengan memeriksa tingkat polusi sebelum merencanakan perjalanan. BMA (Bangkok Metropolitan Administration) dan departemen polusi akan memantau sumber debu dan meminta kerja sama dari pihak yang melakukan aktivitas yang menghasilkan debu seperti lokasi konstruksi atau transportasi truk," kata Chadchart.
Jika situasinya memburuk, kata dia, langkah tambahan seperti pembatasan transportasi pun akan dipertimbangkan.
Pembakaran lahan pertanian dan kebakaran hutan menjadi penyebab utama polusi udara di Thailand selama Desember 2022 dan diperkirakan berlangsung hingga April mendatang, terutama di bagian barat laut.
Polusi dari kebakaran ini juga mempengaruhi kota Bangkok, yang telah berjuang menghadapi buruknya kualitas udara karena pabrik, konstruksi dan lalu lintasnya.
Menurut perusahaan kualitas udara Swiss, IQAir, pada Kamis pagi, tingkat PM2.5 mencapai 63,2 mikrogram per meter kubik.
In jauh lebih tinggi dibandingkan pedoman kualitas udara tahunan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5 mikrogram per meter kubik.
Area Samut Songkhram, barat daya Bangkok dan Lampang di utara, menduduki peringkat udara terburuk di Thailand.
Baca juga: Polemik Jalan Berbayar di Jakarta, Pengamat Beberkan Sederet Manfaatnya: Atasi Kemacetan-Polusi
Sekretaris tetap di Kementerian Kesehatan Thailand, Dr Opas Karnkawinpong mengatakan pada minggu ini bahwa semua layanan kesehatan masyarakat provinsi akan memantau situasi.
Pusat darurat pun akan dibuka di provinsi yang mengalami tingkat polusi tinggi selama lebih dari tiga hari berturut-turut.
"Sejauh ini, jumlah pasien yang mengalami masalah kesehatan terkait polusi meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi hampir 213.000 pada minggu ini dari sekitar 96.000 pada minggu lalu," kata Opas.
Sebagian besar pasien mengalami masalah saluran pernafasan serta gejala seperti dermatitis atau radang mata.
Chadchart mengatakan bahwa situasi akan dipantau secara ketat sepanjang Februari mendatang, namun diperkirakan akan lebih baik pada Maret 2023.