TRIBUNNEWS.COM - Adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, Kim Yo Jong mengecam keputusan Amerika Serikat (AS) untuk memasok tank tempur canggih ke Ukraina.
Kim Yo Jong menuduh Washington melewati batas dan meningkatkan perang proksi untuk menghancurkan Moskow.
Komentar Wakil Direktur Departemen Komite Pusat Partai Buruh Korea dibuat pada Jumat (27/1/2023), sembari menggarisbawahi hubungan Korea Utara yang semakin dalam dengan Rusia.
"Saya menyatakan keprihatinan serius atas AS yang meningkatkan situasi perang dengan menyediakan perangkat keras militer kepada Ukraina untuk serangan darat," kata Kim Yo Jong sebuah pernyatan.
"AS adalah penjahat kelas kakap yang menimbulkan ancaman dan tantangan serius bagi keamanan strategis Rusia dan mendorong situasi regional ke fase serius saat ini," imbuhnya.
"Saya tidka ragu bahwa perangkat keras militer apa pun yang dibanggakan AS dan Barat akan hancur berkeping-keping di hadapan semangat juang tak tergoyahkan dan kekuatan tentara serta rakyat Rusia yang heroik," paparnya.
Baca juga: Update Perang Rusia-Ukraina Hari ke-339: Gelombang Serangan Rusia Tewaskan 10 Warga Sipil
Kim Yo Jong menambahkan bahwa Korea Utara akan selalu berada di sisi Rusia.
Pernyataan adik Kim Jong Un ini diwartakan oleh Kantor Berita Pusat Korea, muncul setelah AS mengatakan akan mengirim 31 tank M1 Abrmas ke Ukraina.
Pengumuman AS mengikuti keputusan Jerman untuk juga memberi Ukraina 14 tank Leopard 2 A6.
Dilansir Al Jazeera, Korea Utara menyalahkan AS atas krisis di Ukraina, bersikeras bahwa "kebijakan hegemonik" Barat memaksa Rusia mengambil tindakan militer untuk melindungi kepentingan keamanannya.
Korea Utara juga satu-satunya negara selain Rusia dan Suriah yang mengakui kemerdekaan Donetsk dan Luhansk.
Donetsk dan Luhansk merupakan dua wilayah separatis yang didukung Rusia di Ukraina timur.
Baca juga: Ukraina Hancur Digempur Rusia, IMF Pertimbangkan Paket Bantuan Rp 239 Triliun
Pyongyang juga mengisyaratkan rencana untuk mengirim relawan ke sana untuk membantu upaya pembangunan kembali.
AS menuduh Korea Utara mengirim sejumlah besar peluru artileri dan amunisi lainnya ke Rusia untuk mendukung serangannya di Ukraina.
Korea Utara telah berulang kali membantah klaim tersebut.
Pyongyang juga telah mempercepat pengembangan senjatanya, menguji coba lebih dari 70 rudal pada tahun 2022 saja, termasuk rudal balistik antarbenua yang berpotensi memiliki kemampuan nuklir.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)