TRIBUNNEWS.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa korban tewas akibat gempa kuat yang mengguncang Turki dan Suriah bisa meningkat delapan kali lipat.
Tim penyelamat terus menyisir tumpukan puing yang membeku dan bersalju untuk mencari korban selamat.
“Kami selalu melihat hal yang sama dengan gempa bumi," kata pejabat darurat senior WHO untuk Eropa, Catherine Smallwood, kepada AFP.
"Sayangnya, laporan awal jumlah orang yang meninggal atau terluka akan meningkat cukup signifikan pada minggu berikutnya," tambahnya.
Smallwood mengatakan, kondisi bersalju akan membuat banyak orang kehilangan tempat berlindung sehingga menambah bahaya.
Dikutip New York Times, jumlah korban saat ini sudah mencapai lebih dari 3.800 orang, meningkat pesat sejak gempa pertama kali terjadi pada Senin (6/2/2023).
Gempa dengan magnitudo 7,8 terjadi pada Senin pagi pukul 4.17 waktu setempat, menurut Survei Geologi Amerika Serikat.
Baca juga: Korban Gempa Turki-Suriah Tembus 3.800 Orang Lebih, Jokowi Sampaikan Duka
Seismolog mengatakan gempa pertama adalah salah satu yang terbesar yang pernah tercatat di Turki.
Gempa kedua - dipicu oleh yang pertama - berkekuatan 7,5, dan pusat gempa berada di distrik Elbistan di provinsi Kahramanmaras.
Banyak gempa susulan masih dirasakan di seluruh wilayah.
Negara-negara di seluruh dunia mengirimkan dukungan untuk membantu upaya penyelamatan, termasuk tim spesialis, anjing pelacak, dan peralatan.
Korban Tewas di Suriah
Selain Turki, korban tewas juga ditemukan di Suriah utara yang dilanda perang.
Baca juga: Lebih dari 3.000 Korban Meninggal Gempa di Turki dan Suriah, Jokowi Sampaikan Belasungkawa
Ada puluhan kematian dilaporkan di daerah yang dikuasai pemberontak.