Istri seorang dokter pun telah menyusui ba itu bersama dengan anaknya.
"Ia (Aya) juga datang dengan kondisi hipotermia, karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium," kata seorang dokter.
Baca juga: Kirim Tim INASAR ke Turki, Basarnas Sebut Cuaca Dingin Jadi Kendala
Aya adalah salah satu dari beberapa anak yang dipaksa menjadi 'yatim piatu' akibat negaranya diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 7,8 pada Senin lalu.
Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yakni UNICEF mengaku telah memantau anak-anak yang kehilangan orang tuanya, baik tewas maupun belum diketahui keberadaannya.
UNICEF juga berkoordinasi dengan rumah sakit untuk melacak anggota keluarga besar anak-anak ini yang mungkin bisa merawat mereka.
Lebih dari 22.000 orang tewas
Lebih dari 22.000 orang tewas akibat gempa Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin (6/2/2023).
Sejumlah 18.991 orang telah tewas di Turki.
Sementara itu, 3.377 orang tewas di Suriah.
Jumlah korban meninggal dunia yang terhitung pada Jumat (10/2/2023) saat ini melebihi jumlah korban gempa dahsyat tahun 1999 di Turki.
Namun petugas penyelamat memperkirakan jumlah korban jiwa berpotensi meningkat.
Petugas penyelamat saat ini masih bekerja untuk mengevakuasi korban yang terjebak di dalam reruntuhan, dikutip dari Al Jazeera.
Setelah lebih dari 104 jam pasca gempa Turki dan Suriah, tim penyelamat menarik seorang wanita hidup-hidup dari reruntuhan.
Pekerja darurat Jerman dengan hati-hati mengangkat Zeynep Kahraman yang berusia 40 tahun dengan tandu melewati balok beton dan logam bengkok yang hancur di kota Kirikhan ke dalam ambulans.
“Sekarang saya percaya pada keajaiban,” kata Steven Bayer, pemimpin tim Pencarian dan Penyelamatan Internasional di lokasi.