Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, DAMASCUS - Seorang bayi perempuan yang lahir di bawah reruntuhan rumah di Suriah kini telah memiliki nama dan tempat tinggal.
Bayi tersebut berhasil diselamatkan, sementara ibunya diketahui meninggal dunia.
Bayi tersebut dilahirkan setelah gempa dahsyat berkekuatan M 7,8 melanda Turki dan Suriah pada Senin lalu dan membuat dirinya dan sang ibu tertimbun puing bangunan.
Dikutip dari laman NDTV, Jumat (10/2/2023), bayi itu diselamatkan saat tali pusarnya masih melekat pada sang ibu yang telah meninggal di kota Jenderis, Suriah.
Ayah dan kakak kandungnya pun turut meninggal dalam gempa dahsyat itu.
Bayi mungil itu pun diberi nama Aya, yang berarti 'keajaiban' dalam bahasa Arab.
Paman ayahnya, Salah al-Badran mengatakan bahwa ia akan membawanya pulang setelah bayi itu keluar dari rumah sakit karena semua anggota keluarganya telah meninggal.
Baca juga: Update Gempa Turki dan Suriah: Lebih dari 22.000 Orang Tewas selama 5 Hari Evakuasi
Rumah al-Badran sendiri hancur akibat gempa dan ia saat ini tinggal di tenda bersama keluarganya.
Video penyelamatan Aya kecil viral di media sosial, rekaman itu menunjukkan bahwa seorang pria berlari dari puing-puing bangunan empat lantai yang runtuh sambil menggendong bayi mungil yang tertutup debu.
Pria kedua kemudian berlari ke arah pria pertama membawa selimut untuk bayi yang baru lahir dalam suhu di bawah nol derajat, sementara pria ketiga berteriak meminta mobil untuk membawanya ke rumah sakit.
Ribuan orang telah menawarkan untuk mengadopsi bayi perempuan itu.
Baca juga: Basarnas Harap Ada Keajaiban Dalam Proses Evakuasi Korban Gempa Turki
Bayi itu saat ini masih dirawat di rumah sakit untuk perawatan di kota terdekat Afrin.
Ia mengalami benjolan, memar, kedinginan dan hampir tidak bernapas.
Istri seorang dokter pun telah menyusui ba itu bersama dengan anaknya.
"Ia (Aya) juga datang dengan kondisi hipotermia, karena cuaca yang sangat dingin. Kami harus menghangatkannya dan memberikan kalsium," kata seorang dokter.
Baca juga: Kirim Tim INASAR ke Turki, Basarnas Sebut Cuaca Dingin Jadi Kendala
Aya adalah salah satu dari beberapa anak yang dipaksa menjadi 'yatim piatu' akibat negaranya diguncang gempa dahsyat berkekuatan M 7,8 pada Senin lalu.
Badan anak-anak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yakni UNICEF mengaku telah memantau anak-anak yang kehilangan orang tuanya, baik tewas maupun belum diketahui keberadaannya.
UNICEF juga berkoordinasi dengan rumah sakit untuk melacak anggota keluarga besar anak-anak ini yang mungkin bisa merawat mereka.
Lebih dari 22.000 orang tewas
Lebih dari 22.000 orang tewas akibat gempa Turki dan Suriah yang terjadi pada Senin (6/2/2023).
Sejumlah 18.991 orang telah tewas di Turki.
Sementara itu, 3.377 orang tewas di Suriah.
Jumlah korban meninggal dunia yang terhitung pada Jumat (10/2/2023) saat ini melebihi jumlah korban gempa dahsyat tahun 1999 di Turki.
Namun petugas penyelamat memperkirakan jumlah korban jiwa berpotensi meningkat.
Petugas penyelamat saat ini masih bekerja untuk mengevakuasi korban yang terjebak di dalam reruntuhan, dikutip dari Al Jazeera.
Setelah lebih dari 104 jam pasca gempa Turki dan Suriah, tim penyelamat menarik seorang wanita hidup-hidup dari reruntuhan.
Pekerja darurat Jerman dengan hati-hati mengangkat Zeynep Kahraman yang berusia 40 tahun dengan tandu melewati balok beton dan logam bengkok yang hancur di kota Kirikhan ke dalam ambulans.
“Sekarang saya percaya pada keajaiban,” kata Steven Bayer, pemimpin tim Pencarian dan Penyelamatan Internasional di lokasi.