Laporan Wartawan Tribunnews, Nur Febriana Trinugraheni
TRIBUNNEWS.COM, KYIV - Bagi pihak Barat, bagian paling menakutkan dari pidato nasional Presiden Rusia Vladimir Putin adalah penangguhan partisipasi Moskow dalam perjanjian senjata nuklir.
Satu-satunya pakta yang mengatur persenjataan nuklir terbesar di dunia antara Amerika Serikat dan Rusia, Perjanjian START Baru membatasi jumlah rudal balistik antarbenua yang dapat dimiliki Washington dan Moskow.
Namun bagi pengamat Ukraina, ancaman Perang Dingin baru hanyalah gertakan yang ditujukan untuk menyamarkan keputusasaan Putin menyusul kegagalan militer Rusia, pengucilan yang dilakukan banyak negara, dan sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh pihak Barat.
Baca juga: Dikhianati AS dan Sekutunya, Vladimir Putin Keluar dari Perjanjian Nuklir New START
"Dan lebih mudah baginya untuk menyalahkan apa yang dia sebut kolektif Barat atas kegagalan ini, karena mengakui Ukraina bertahan dari agresi, melawan, dan mendapatkan kembali daerah yang hilang terlalu menyakitkan dan memalukan" kata seorang pakar dari Ukraina, yang dikutip dari Al Jazeera.
Sementara Putin menyebut dalam pidatonya, Rusia akan mencapai tujuan militer mereka "selangkah demi selangkah".
“Kami akan mencapai tujuan (militer) yang kami tetapkan selangkah demi selangkah, akurat dan berurutan,” ungkap Putin di awal pidatonya.
Pesan utama pidato Putin adalah mengalihkan kesalahan dari perannya sendiri dalam melancarkan serangan ke Ukraina dengan menuduh pihak Barat “memulai” konflik dengan mendukung “junta neo-Nazi” di Kyiv, kata para analis.
“Inti dari keseluruhan pidato adalah dalam transisi dari 'Saya membuat keputusan untuk memulai operasi militer khusus' menjadi 'Merekalah yang memulai perang,'” kata wakil presiden Asosiasi Psikolog Politik di Kyiv, Svetlana Chunikhina.
“Sisanya adalah sampul yang berisik,” imbuhnya.
Putin menggunakan julukan yang beragam untuk menggambarkan bagaimana pihak Barat berkomplot untuk melawan Rusia dengan cara yang direncanakan untuk "menghancurkan Irak, Suriah, dan Libya".
“Ketika Rusia dengan tulus, saya ingin menekankannya, dengan tulus berjuang untuk solusi damai (di Ukraina), mereka bermain dengan nyawa orang, bermain, seperti yang mereka katakan di lingkaran terkenal, dengan kartu bertanda,” ujar Putin.
Melempar kesalahan juga berarti bahwa Putin ingin Rusia bersiap-siap untuk perang yang panjang, mengencangkan ikat pinggang mereka, dan menyalahkan seluruh dunia Barat atas setiap ketidaknyamanan yang ditimbulkan, kata pakar Ukraina lainnya.
“Rusia tidak percaya pada kemungkinan kemenangan cepat,” kata seorang analis politik yang berbasis di Kyiv, Igar Tyshkevych.
Kremlin memahami setiap gencatan senjata yang ditandatangani langsung antara Moskow dan Kyiv mengandung risiko dan mengundang keterlibatan pihak Barat.
“Ancaman proliferasi nuklir, ancaman untuk memperluas konflik hanyalah undangan histeris dari para pemimpin Barat untuk membahas tempat Rusia di masa depan,” kata Tyshkevych.
Namun, diskusi semacam itu hampir tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat, sehingga Kremlin bertaruh pada klaim keberhasilan dalam melancarkan serangan militer baru di Ukraina, yang mungkin dimulai pada musim semi atau awal musim panas ini.
Selama pidatonya pada Selasa (21/2/2023), Putin mengecam Barat karena memulai "perang ekonomi" melawan Moskow melalui sanksi yang dijatuhkan setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy tidak mengomentari pidato Putin, tetapi mengecam Rusia atas penembakan di kota Kherson yang menewaskan sedikitnya enam orang dan melukai puluhan lainnya pada Selasa.
“Dunia tidak memiliki hak untuk melupakan bahkan semenit pun bahwa kekejaman dan agresi Rusia tidak mengenal batas. Negara teroris akan dimintai pertanggungjawaban atas semua kejahatan tidak manusiawi terhadap rakyat kami dan Ukraina,” tulis Zelenskyy melalui akun Twitter-nya.