Kyiv sebelumnya menuduh Moskow menyiksa dan membunuh tahanan sejak Rusia menginvasi Ukraina.
Pada bulan Juli, sebuah video muncul yang menunjukkan seorang tentara Rusia mengebiri dan kemudian membunuh seorang tahanan Ukraina.
Misi pemantau hak asasi manusia PBB pada saat itu mengatakan terkejut dengan rekaman itu.
Bulan lalu, Konstantin Yefremov, seorang letnan senior Rusia, melarikan diri setelah bertugas di Ukraina.
Ia menjelaskan kepada Guardian bagaimana pasukan negaranya menyiksa tawanan perang dan mengancam beberapa dengan pemerkosaan.
Sepanjang perang, Kremlin juga menuduh tentara Ukraina mengeksekusi tawanan perang Rusia dan barat mengabaikan insiden tersebut.
Kantor ICC akan dibuka di Ukraina
Baca juga: Bos Wagner Rusia Sarankan Pengkhianatan dalam Pertempuran Bakhmut Ukraina
Sementara itu, seperti dilansir Euro News, seorang jaksa mengatakan Ukraina sedang dalam proses pembukaan kantor Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Hal itu dilakukan sebagai upaya Kyiv membentuk pengadilan khusus untuk mengadili pejabat Rusia yang bertanggung jawab atas kejahatan perang.
ICC saat ini menyelidiki kemungkinan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan selama perang di Ukraina tetapi tidak memiliki mandat untuk mengejar kejahatan agresi yang lebih luas.
"Hari ini, Kabinet Menteri Ukraina menyetujui sebuah memorandum antara pemerintah Ukraina dan Mahkamah Pidana Internasional, yang akan memungkinkan pembukaan kantor Jaksa Mahkamah Pidana Internasional di Ukraina dalam waktu dekat," kata Jaksa Agung Ukraina, kata Andriy Kostin, Sabtu (4/3/2023).
Berbicara di konferensi tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan negaranya "akan semakin memperkuat hubungan dengan ICC".
"Presiden Rusia Vladimir Putin dan semua kaki tangannya harus menerima hukuman yang sah dan adil," kata Zelensky.
Ia seraya menambahkan bahwa Kyiv telah mendaftarkan lebih dari 70.000 kejahatan perang Rusia yang dilakukan di Ukraina.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)