TRIBUNNEWS.COM - Selama latihan militer di bawah pengawasan Kim Jong Un, tentara Korea Utara (Korut) mengerahkan dan menguji sistem senjata baru.
Pyongyang menguji pesawat tak berawak (drone) berkemampuan nuklir bawah laut yang dirancang untuk melepaskan "tsunami radioaktif".
Senjata tersebut diharapkan dapat menghancurkan kapal dan pelabuhan angkatan laut (AL) musuh, kata media pemerintah.
Misinya untuk menguji kemampuan memicu ledakan destruktif skala super dan gelombang, lapor KCNA, Jumat (24/3/2023).
"Drone serang bawah air nuklir ini dapat dikerahkan di pantai dan pelabuhan mana pun atau ditarik oleh kapal permukaan untuk operasi," terang KCNA.
Dikutip Al Jazeera, KCNA mengatakan selama latihan, drone tersebut ditempatkan di perairan Provinsi Hamgyong Selatan pada Selasa (21/3/2023).
Baca juga: VIDEO Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un Perintahkan Militernya Siapkan Serangan Nuklir
Drone itu berada di bawah air selama 59 jam 12 menit dan pada kedalaman sekitar 80 hingga 150 meter (260 hingga 490 kaki), sebelum diledakkan di perairan lepas pantai timurnya pada Kamis (23/3/2023).
KCNA tidak merinci kemampuan nuklir drone itu.
Untuk Serangan Diam-diam
Sistem drone bawah laut dimaksudkan untuk melakukan serangan diam-diam di perairan musuh dan menghancurkan kelompok penyerang angkatan laut dan pelabuhan operasional utama,.
Menurut KCNA, Kim Jong Un "memandu" latihan drone bawah air pada minggu ini.
Ia mengatakan uji coba ini harus menjadi peringatan bagi AS dan Korea Selatan untuk menyadari kemampuan pencegahan perang nuklir Korea Utara yang tidak terbatas didukung dengan kecepatan yang lebih tinggi.
Baca juga: Populer Internasional: Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik - Kematian Wanita Transgender di AS
Peluncuran itu terjadi kira-kira seminggu setelah Korea Utara menguji coba rudal terbesar dan terkuatnya, Hwasong-17 – uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) keduanya sepanjang tahun ini.
Reaksi Korea Selatan
Kantor Berita Yonhap Korea Selatan mengatakan titik target akhir drone itu adalah tiruan pelabuhan musuh yang didirikan di perairan Teluk Hongwon, menurut laporan media pemerintah.
Latihan drone yang dilaporkan terjadi ketika kapal serbu amfibi AS tiba di Korea Selatan untuk latihan militer bersama dengan nama kode "Freedom Shield".
Kim Jong Un saksikan peluncuran Hwasong-17 bersama putrinya
Baca juga: Lagi, Korea Utara Tembakkan Rudal Balistik ke Laut, 3 Hari setelah Luncurkan Hwasong-17
Sementara itu, dikutip Al Jazeera, Kim Jong Un didampingi putrinya, secara pribadi mengawasi uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) pada Kamis (16/3/2023).
Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) melaporkan, peluncuran kemarin menandai kedua kalinya Pyongyang meluncurkan ICBM tahun ini.
KCNA menambahkan, ICBM, yang dikonfirmasi sebagai Hwasong-17 ditembakkan sebagai tanggapan atas latihan militer gabungan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel).
Foto-foto yang dibagikan surat kabar resmi Rodong Sinnum, kata France24, menunjukkan Kim menyaksikan Hwasong-17 - yang dijuluki rudal monster - meluncur ke langit.
Beberapa gambar menampilkan potret Kim bersama sang putri menonton peluncuran di Bandara Internasional Pyongyang.
Sampai sekarang belum ada media pemerintah memuat nama putri Kim yang kerap mendampingi pemimpin tertinggi itu menyaksikan serangkaian uji coba rudal.
Baca juga: Korea Utara Kembali Luncurkan 2 Rudal Balistik Saat Amerika dan Korsel Sedang Latihan Gabungan
Namun, intelijen Seoul mengidentifikasi bahwa gadis itu merupakan anak kedua Kim, Ju Ae.
Media negara juga merilis gambar yang menunjukkan Bumi dari luar angkasa, konon diambil oleh kamera yang dipasang di ICBM.
Dikutip dari Al Jazeera, tes rudal balistik dilarang di bawah resolusi Dewan Keamanan PBB atas program nuklir Korea Utara.
Hwasong-17 adalah rudal terbesar Korea Utara dan merupakan ICBM berbahan bakar cair mobile terbesar di dunia.
Hal ini diyakini memiliki jangkauan untuk mengirimkan hulu ledak nuklir ke target manapun di AS.
Ini pertama kali diuji pada Maret tahun lalu, menandai peluncuran ICBM pertama Korea Utara sejak 2017.
Beberapa analis mengatakan tampaknya ada beberapa modifikasi senjata sejak saat itu.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)