TRIBUNNEWS.COM - Dua kapal imigran Tunisia tenggelam di Laut Mediterania dalam dua hari terakhir.
Di kapal pertama, sejumlah 20 orang hilang setelah sebuah kapal tenggelam di lepas pantai Tunisia pada Jumat (7/4/2023).
Kapal itu hendak menyeberangi Laut Mediterania sebelum akhirnya tenggelam.
"Penjaga pantai menyelamatkan 17 orang lainnya, dua di antaranya dalam kondisi kritis, setelah kapal (pertama) tenggelam di lepas pantai Sfax," kata Faouzi Masmousdi, hakim pengadilan Sfax, Sabtu (8/4/2023), seperti diberitakan Al Jazeera.
Di kapal kedua, petugas penyelamat menemukan empat jasad setelah kapal itu tenggelam pada Sabtu (8/4/2023).
Kedua kapal itu meninggalkan Tunisia pada Jumat (7/4/2023), dengan 37 penumpang di kapal pertama dan 39 orang di kapal kedua.
Baca juga: KKP Tangkap Enam Kapal Asing Ilegal di Laut Natuna dan Sulawesi
Ada 36 orang di kapal kedua berhasil diselamatkan dan tiga orang masih hilang, seperti diberitakan BBC Internasional.
Hakim pengadilan Sfax, Faouzi Masmousdi, mengatakan kedua kapal itu terbuat dari lembaran besi.
Faouzi Masmousdi mengatakan, sangat penting untuk menahan para penyelundup kapal itu, setelah ia mengumumkan penyelidikan atas kedua kecelakaan kapal itu.
Kapal Imigran Tunisia Tenggelam
Dalam beberapa pekan terakhir, puluhan orang hilang atau tewas dalam beberapa kecelakaan tenggelam di lepas pantai Tunisia.
Kapal tenggelam ini terjadi di tengah peningkatan tajam jumlah pengungsi yang berusaha mencapai Eropa dengan kapal dari negara Afrika Utara itu.
Tunisia telah menggantikan Libya sebagai titik keberangkatan utama bagi orang-orang yang melarikan diri dari kemiskinan dan konflik di Afrika dan Timur Tengah.
Para imigran ini kabur dengan harapan akan kehidupan yang lebih baik di Eropa.
Baca juga: Tekan Pemudik Pakai Sepeda Motor, TNI AL Siapkan Kapal Perang untuk Mudik Gratis 2023
Jumlah Imigran Tunisia Meningkat
Garda Nasional Tunisia mengatakan pada hari Jumat (7/4/2023), ada lebih dari 14.000 pengungsi, sebagian besar dari Afrika sub-Sahara, dicegat atau diselamatkan dalam tiga bulan pertama tahun ini ketika mencoba menyeberang ke Eropa.
Jumlah ini lima kali lebih banyak dari angka yang tercatat pada periode yang sama tahun lalu.
“Patroli penjaga pantai mencegah 501 upaya klandestin untuk melintasi perbatasan laut dan menyelamatkan 14.406 (pengungsi) termasuk 13.138 dari negara-negara Afrika sub-Sahara, antara 1 Januari dan 31 Maret," kata Garda Nasional Tunisia dalam sebuah pernyataan.
Sebagian besar intersepsi terjadi di lepas pantai provinsi Sfax dan Mahdia, yang pantainya terletak hanya 150 km (90 mil) dari pulau Lampedusa, Italia.
Para imigran ini sering membayar sejumlah besar uang untuk diangkut dengan kapal yang tidak aman oleh penyelundup manusia.
Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengatakan pada hari Jumat (7/4/2023), Eropa berisiko melihat gelombang besar pengungsi tiba di pantainya dari Afrika Utara jika stabilitas keuangan di Tunisia tidak dijaga.
Giorgia Meloni meminta Dana Uang Internasional dan negara-negara lain untuk membantu Tunisia dengan cepat untuk menghindari keruntuhannya, dikutip dari Al Jazeera.
Menteri Luar Negeri Tunisia, Nabil Ammar, mengatakan pekan lalu, negara itu membutuhkan dana dan peralatan untuk melindungi perbatasannya dengan lebih baik.
Tunisia telah menerima peralatan dari Italia dalam beberapa tahun terakhir, namun Ammar mengatakan itu sudah ketinggalan zaman dan tidak cukup.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Tunisia