TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin Turki Recep Tayyip Erdogan dan saingannya Kemal Kilicdaroglu bersaing ketat memperebutkan kursi kepresidenan.
Perhitungan hasil pemilu yang masih berjalan menujukkan kemungkinan besar untuk dilakukannya pemilihan putaran kedua, Financial Times melaporkan.
Baik Erdogan maupun Kilicdaroglu, yang memimpin aliansi oposisi enam partai, mengklaim unggul dalam perhitungan tetapi memperingatkan agar tidak menarik kesimpulan terlalu dini dari penghitungan suara awal.
Namun, menjelang Minggu (14/5/2023) tengah malam di Turki, tampaknya tidak ada kandidat yang mampu meraih jumlah mayoritas untuk memenangkan pemilihan secara langsung dalam satu putaran saja.
Erdogan memperoleh hanya di bawah 50 persen suara, dibandingkan dengan 45 persen untuk Kilicdaroglu, menurut angka yang dikumpulkan oleh kantor berita Anadolu, berdasarkan hitungan dari 93 persen kotak suara.
Anka, hasil tabulasi outlet berita lainnya, menempatkan Kilicdaroglu di 45 persen sedangkan Erdogan di 49 persen, berdasarkan 90 persen kotak suara.
Baca juga: Fakta-fakta Pemilihan Presiden Turki 2023: Jadwal, Kandidat hingga Proses Pemilihan
Sementara itu kandidat ketiga, Sinan Oğan, calon presiden yang keluar dari partai Gerakan Nasionalis ultranasionalis, memiliki hanya sekitar 5 persen suara, menurut angka Anka dan Anadolu.
Mansur Yavaş, walikota Ankara dan tokoh terkemuka dalam aliansi oposisi, mengatakan bahwa ada "kemungkinan besar" pemilu akan dilanjutkan ke putaran kedua.
Sebagai tanda ketegangan semakin tinggi, sekutu Kilicdaroglu pada hari Minggu menolak data yang diberikan oleh Anadolu.
Mereka beralasan perhitungan tersebut tidak menyertakan area di mana oposisi telah bekerja dengan baik dan mengklaim bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan Erdogan (AKP) memperlambat proses penghitungan dengan mengajukan keberatan di kubu oposisi.
“Saran saya abaikan nomor agensi Anadolu karena mereka mencoba menipu Anda,” kata Ekrem İmamoğlu, walikota Istanbul yang merupakan salah satu pemimpin teratas dalam koalisi “meja enam”, pada hari Minggu.
Juru bicara AKP Ömer Çelik membela Anadolu, mengatakan bahwa angka itu tetap menjadi sumber utama pelaporan pemilu dan bahwa "serangan" oleh Partai Rakyat Republik (CHP) Kilicdaroglu merupakan "propaganda".
Dia mengatakan masih terlalu dini untuk mengumumkan pemenang.
Baca juga: Bela Rusia, Erdogan Kecam Kilicdaroglu yang Tuduh Kremlin Ikut Campur Pemilu Turki 2023
“Apapun hasil pemilu, kita punya tradisi menghormati hasil. Tradisi tidak menghormati hasil dengan kudeta, memorandum, dan pengawasan pengadilan ada bersama Anda,” kata Çelik tentang CHP.