Erdogan dan Kilicdaroglu sama-sama menulis di Twitter untuk memberi tahu pejabat partai yang bertugas mengamati kotak suara untuk tidak meninggalkan tempat mereka.
“Saya meminta semua pihak yang berperkara dan kolega saya untuk tetap berada di kotak suara, apapun yang terjadi, sampai hasilnya secara resmi diselesaikan,” kata Erdogan.
Pusat pemungutan suara sibuk di seluruh Turki setelah lebih dari 60 juta orang mendaftar untuk memberikan suara dalam pemilihan presiden dan parlemen.
Erdogan, yang pertama kali membawa Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) berkuasa pada tahun 2002, menghadapi kampanye terberatnya saat ia bertarung dengan Kilicdaroglu.
Hasilnya akan membawa resonansi global karena anggota NATO Turki telah memainkan peran yang semakin penting di panggung internasional dalam beberapa tahun terakhir.
Kilicdaroglu telah berjanji untuk menghidupkan kembali ekonomi Turki yang sakit, membawa negara itu lebih dekat ke orbit barat dan memulihkan institusi penting yang telah dirusak selama masa jabatan panjang Erdogan.
Baca juga: Pemilu Turki: Gelombang kemarahan warga ke Erdogan atas lambannya penanganan bencana gempa
Erdogan, yang kampanye terakhirnya berhenti pada Sabtu saat menghadiri salat malam di masjid Hagia Sophia di Istanbul, tetap populer di kalangan pemilih konservatif di jantung Anatolia Turki.
Dalam kampanyenya, Erdogan mem-branding dirinya sendiri sebagai satu-satunya politisi yang dapat menjamin masa depan yang sejahtera bagi Turki dan mempertahankan nilai-nilai kekeluargaan.
Pada hari Sabtu, dia juga menuduh Kilicdaroglu bekerja sama dengan presiden AS Joe Biden untuk mengalahkannya, meski tanpa memberikan bukti.
Sementara itu Kilicdaroglu, meminta para pemilih untuk “mengubah nasib Turki” dengan memilih aliansi oposisinya.
Turki juga pada hari Minggu memberikan suara dalam pemilihan parlemen.
Aliansi antara AKP Erdogan dan partai Gerakan Nasionalis ultranasionalis memegang mayoritas di cabang legislatif.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)