TRIBUNNEWS.COM - Recep Tayyip Erdogan berhasil melanjutkan kekuasaannya selama dua dekade, dengan memenangkan pemilihan presiden Turki 2023.
Erdogan mengalahkan Kemal Kilicdaroglu dalam pemilihan presiden putaran kedua yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Dilansir The Guardian, dengan 99,43 persen suara dihitung, otoritas pemilihan tertinggi Turki mengumumkan pada Minggu (28/5/2023) malam waktu setempat bahwa Erdogan telah memenangkan 52,14 persen suara.
Sementara itu Kilicdaroglu menerima 47,86 persen.
Dengan selisih lebih dari 2 juta suara antara kandidat, suara yang belum dihitung tidak akan mengubah hasil akhir, kata Ahmet Yener, ketua dewan pemilihan.
Bahkan sebelum hasil diumumkan, Erdogan yang berjaya berdiri di atas bus dekat kediamannya di Istanbul sekali lagi menyanyikan lagu kampanye kepada para pengikutnya dan mengumumkan kemenangan.
Baca juga: Unggul 2,6 Juta Suara, Erdogan Resmi Jadi Presiden Turki Tiga Periode
“Lihat pemandangan ini. Ini luar biasa,” katanya.
“Kami telah menyelesaikan putaran kedua pemilihan presiden dengan dukungan bangsa."
“Pemilu datang dan pergi, banjir hilang tetapi pasir tetap ada."
"Yang utama negara kita tidak menyimpang dari tujuannya, dan bangsa kita menjaga untuk tetap bersatu."
"Ini adalah pesan terbesar dari pemilu hari ini.”
“Kami bukan satu-satunya yang menang, Turki telah menang … demokrasi telah menang,” kata Erdogan kemudian kepada pendukungnya dari balkon istana kepresidenan.
Baca juga: Pilpres Turki: Apa artinya bila Erdogan berkuasa lima tahun lagi?
Ucapan selamat kemudian berdatangan dari presiden AS, Joe Biden; presiden Rusia, Vladimir Putin; perdana menteri Inggris, Rishi Sunak; presiden Prancis, Emmanuel Macron; Presiden Brasil, Luiz Inácio Lula da Silva; dan bahkan mantan saingan geopolitik Erdogan, presiden Mesir, Abdel Fatah al-Sisi.
Sementara itu, di markas besar Partai Rakyat Republik (CHP) di ibu kota Turki, Kilicdaroglu berusaha menghibur para pendukungnya, tetapi tidak menyebut akan mundur sebagai pemimpin oposisi.
“Dalam pemilu kali ini, keinginan rakyat untuk mengubah pemerintahan yang otoriter sudah jelas muncul, terlepas dari segala tekanan."
"Kami telah mengalami proses pemilihan yang paling tidak adil dalam beberapa tahun terakhir,” katanya.
“Terlepas dari iklim ketakutan ini, saya ingin berterima kasih kepada semua pemimpin aliansi dan warga negara."
"Partai Rakyat Republik dan Aliansi Bangsa akan terus berjuang dengan semua anggotanya."
"Kami akan terus menjadi pelopor dalam perjuangan ini, sampai demokrasi yang sesungguhnya datang ke negara kami."
"Kesedihan terbesar saya adalah masalah tengah menunggu negara ini.”
Sekilas tentang Kemal Kilicdaroglu
Baca juga: Sosok Kemal Kilicdaroglu, Pemimpin Oposisi Turki hingga Sepak Terjang di Dunia Politik
Mengutip CNN.com, Kemal Kilicdaroglu (74) adalah seorang anggota parlemen yang mewakili partai CHP sejak 2002, tahun yang sama ketika Partai AK Erdogan berkuasa.
Ia menaiki tangga politik untuk menjadi ketua ketujuh partainya pada 2010.
Lahir di timur, provinsi Tunceli yang mayoritas penduduknya Kurdi, pemimpin partai itu mencalonkan diri dalam pemilihan umum Turki 2011 tetapi kalah.
Ia berada di urutan kedua setelah Erdogan dan Partai AK-nya.
Kilicdaroglu mewakili partai yang dibentuk 100 tahun lalu oleh Mustafa Kemal Ataturk, bapak pendiri Turki modern dan seorang sekuler yang gigih.
Dia sangat kontras dengan partai Erdogan yang berakar pada Islam dan basis konservatifnya.
Terlepas dari kecenderungan sekulernya, kandidat oposisi dan aliansi Kilicdaroglu telah bersumpah untuk mewakili semua faksi masyarakat Turki, yang menurut para analis ditunjukkan dalam koalisinya yang beragam.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)