Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang
TRIBUNNEWS.COM, TOKYO - Kerajinan tangan kayu tradisional Jepang berupa pola geometris kayu yang biasa disebut Kumiko, menjadi salah satu incaran para turis asing belakangan ini.
Para turis juga mulai tertarik untuk belajar membuat Kumiko dan menekuninya.
"Mulai banyak turis asing yang ke Jepang mengincar Kumiko dan bahkan ingin belajar lebih lanjut mengenai ilmu Kumiko ini," papar Kuroda salah seorang ahli Kumiko di Mie baru-baru ini.
Kerajinan yang menggambar pola geometris yang indah dengan menggabungkan potongan kayu kecil tanpa menggunakan paku itu mengingatkan banyak orang saat pelajaran pekerjaan tangan di sekolah dasar.
Baca juga: Pegawai Pemda Pelaku Pembakaran Senbazuru di Taman Perdamaian Nagasaki Jepang Ditangkap Polisi
Dimulai dengan memotong potongan-potongan kayu, dan alur diukir di setiap bagian sehingga bagian-bagian tersebut akan menyatu saat disatukan.
Bagian yang dipotong disesuaikan dengan menggunakan penggaris, siku-siku, gergaji, pahat, dan lainnya serta dirakit dengan hati-hati satu per satu dengan tangan tanpa menggunakan logam apapun seperti paku.
"Proses perakitan kayu sangat rumit sehingga jika ketebalan selembar kertas saja sudah lepas, tidak mungkin untuk merakitnya," ujarnya.
Kumiko digunakan untuk mendekorasi perlengkapan seperti shoji, fusuma, dan pintu di rumah Jepang, dan konon ada lebih dari 200 pola berbeda yang dapat dibuat dengan menggabungkan kayu.
Bahkan dijadikan lukisan Kumiko dan dibingkai dengan kaca.
Kumiko telah digunakan sebagai dekorasi bangunan sejak zaman kuno, dan Kumiko tertua yang masih ada diterapkan pada langkan aula utama dan pagoda bertingkat lima di Kuil Horyuji yang dibangun pada periode Asuka.
Baca juga: Pengadilan Pembunuh Mantan PM Jepang Shinzo Abe Dibatalkan Akibat Ditemukan Barang Mencurigakan
Hal ini menunjukkan bahwa Kumiko diperkenalkan dari Tiongkok sebagai bagian dari arsitektur Buddha.
Pada akhir periode Heian, perlengkapan mulai digunakan di tempat tinggal bangsawan, dan perkembangan lebih lanjut terjadi pada periode Muromachi ketika arsitektur shoin-zukuri menjadi populer.
Pengerjaan mulai diterapkan pada potongan melintang layar shoji, dan seiring berkembangnya alat yang digunakan, dekorasi berkembang menjadi benda yang lebih halus dan lebih indah.