Faktor itu mungkin menjelaskan perbedaan antara penghitungan Ukraina dan penghitungan yang diterbitkan awal tahun ini di The Military Balance.
Sebuah laporan tahunan tentang keadaan angkatan bersenjata masing-masing negara yang disusun oleh think tank International Institute for Strategic Studies, The Military Balance melaporkan bahwa pada awal 2023, Rusia memiliki 1.800 tank tempur utama yang beroperasi.
Pertimbangan seputar penarikan tank tua ke dalam pertempuran, serta penghitungan kendaraan lapis baja bersama tank, akan membantu menjelaskan mengapa angka ini kurang dari setengah dari perkiraan kerugian Rusia di Ukraina, kata para ahli.
Awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengakui bahwa Rusia telah kehilangan 54 tank dalam waktu kurang dari dua minggu setelah Ukraina memulai serangan balasannya.
"Jika Rusia berharap untuk membangun kembali kekuatan tank modern sekitar 2.000 tank terbaru, itu akan memakan waktu lama," kata de Bretton-Gordon.
“Mereka tidak pernah benar-benar menggunakan tank dengan cara yang benar sejak invasi,” kata Arnold.
Bagaimana dengan Ukraina?
Ukraina juga mengalami kerugian tank sejak Februari 2022, dan sulit untuk mendapatkan gambaran yang akurat tentang berapa banyak tank yang telah dihancurkan, dirusak, atau direbut oleh Rusia.
Pada awal 2023, Ukraina memiliki 953 tank tempur utama, menurut The Military Balance.
Namun, data ini sebelum donasi tank tempur utama Barat seperti Abrams buatan A.S., Challenger 2 dari Inggris dan berbagai tank Leopard yang disumbangkan oleh beberapa negara.
Data Oryx menunjukkan bahwa Ukraina telah kehilangan 539 tank yang dikonfirmasi sejak 24 Februari 2022, dengan 340 tercatat hancur dan 139 ditangkap.
Penghitungan ini termasuk 2 tank Leopard 2A4 dan 3 Leopard 2A6 yang baru saja memasuki pertempuran.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)