Laporan Wartawan Tribunnews, Larasati Dyah Utami
TRIBUNNEWS.COM, JENEWA - Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan dunia untuk bersiap menghadapi dampak El Nino.
Fenomena El Nino sangat memungkinkan meningkatkan suhu udara menjadi lebih tinggi.
Melansir AFP, Organisasi Meteorologi Dunia PBB atau UN's World Meteorological Organization (WMO) mengatakan fenomena cuaca yang memicu suhu global yang lebih tinggi akan bertahan sepanjang 2023.
El Nino adalah pola iklim alami yang biasanya terkait dengan peningkatan panas di seluruh dunia, serta kekeringan di beberapa bagian dunia dan hujan lebat di tempat lain.
Fenomena ini terjadi rata-rata setiap dua hingga tujuh tahun dan biasanya berlangsung selama sembilan hingga 12 bulan.
Baca juga: Dampak El Nino, Sebanyak 61 Desa di Bangkalan Alami Kekeringan
WMO menyatakan El Nino sudah berlangsung dan ada kemungkinan 90 persen bahwa itu akan berlanjut selama paruh kedua 2023.
"Permulaan El Nino akan sangat meningkatkan kemungkinan memecahkan rekor suhu dan memicu panas yang lebih ekstrem di banyak bagian dunia dan di lautan," kata Sekretaris Jenderal WMO, Petteri Taalas dalam keterangannya, Selasa (4/7/2023).
"Deklarasi El Nino oleh WMO adalah sinyal bagi pemerintah di seluruh dunia untuk memobilisasi persiapan guna membatasi dampak terhadap kesehatan kita, ekosistem kita, dan ekonomi kita," kata Taalas.
Baca juga: Menko PMK: Pemerintah Berencana Berikan Bantuan untuk Petani Terdampak El Nino
"Peringatan dini dan tindakan antisipatif dari peristiwa cuaca ekstrem yang terkait dengan fenomena iklim besar ini sangat penting untuk menyelamatkan nyawa dan mata pencaharian."
Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS, yang memberi masukan ke WMO, mengumumkan pada 8 Juni bahwa El Nino telah tiba.
"Diharapkan setidaknya memiliki kekuatan sedang," kata WMO
Disebutkan bahwa efek pemanasan El Nino pada suhu global biasanya dirasakan paling kuat dalam waktu satu tahun sejak permulaannya dalam hal ini pada tahun 2024.