Ukraina Ancam Luncurkan Rudal Jarak Jauh ke Rusia, Roket Ala Taurus 700 Km Jadi End Game?
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Ukraina Vladimir Zelensky mengatakan kalau negaranya telah mampu memproduksi senjata jarak jauh buatan dalam negeri.
Senada dengan klaim Zelensky, pejabat tinggi militer Ukraiana juga mengklaim bahwa program rudal baru sedang dijalankan dan sukses di uji coba.
Baca juga: 200 Tentara Kiev Selesaikan Pelatihan, AS Kirim Puluhan Tank Tua Abrams M1A1 ke Ukraina
“Penggunaan senjata jarak jauh kami berhasil: targetnya tercapai pada jarak 700 kilometer!” tulis Zelensky dalam unggahannya di Telegram, merujuk pada latihan yang dilakukan oleh Kementerian Industri Strategis Ukraina, Kamis (31/8/2023).
Zelensky tidak merinci jenis senjata apa yang digunakan, atau apa target sasarannya.
Tak lama setelah itu, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina (NSDC) Aleksey Danilov mengunggah video berdurasi 20 detik di Twitter, yang menunjukkan sesuatu yang tampak seperti sebuah rudal diluncurkan di malam hari.
“Program rudal Presiden Ukraina sedang beraksi. Uji cobanya berhasil, penerapannya efektif,” kata Danilov.
“Sevastopol menunggu, Kamchatka menunggu, Kronstadt menunggu…” kata dia dalam unggahan tersebut.
Kata-lata Danilov dalam unggahan tersebut terdengar seperti ancaman terhadap pangkalan angkatan laut Rusia di Krimea atau bahkan semenanjung di Timur Jauh Rusia.
Dabilov sepertinya mengirim pesan ancaman lewat pelesetan lirik dari grup musik Lyube, yang disebut-sebut sebagai band favorit Presiden Rusia Vladimir Putin.
Bandara Pskov Uji Coba Pertama?
Beberapa media Ukraina menghubungkan unggahan Danilov tentang “program rudal” dengan klaim Zelensky tentang program senjata jarak jauh.
Meski begitu, belum ada bukti yang menunjukkan adanya hubungan unggahan itu dengan klaim Zelensky.
Kata “700 kilometer” pada unggahan Danilov diprediksi mengacu pada Pskov, sebuah kota di barat laut Rusia yang letaknya jauh dari perbatasan Ukraina, namun hanya berjarak 30 km dari negara anggota NATO, Estonia.
Beberapa pesawat angkut militer rusak di bandara Pskov pada Rabu pagi, yang digambarkan oleh pemerintah setempat sebagai serangan oleh lebih dari sepuluh drone.
Mungkinkah uji coba rudal jarak jauh yang diklaim Zelensky itu menyasar Bandara Pskov?
Bisa jadi, namun belum ada konfirmasi resmi dari kedua belah pihak mengenai jenis UAV apa yang mungkin digunakan dalam serangan tersebut, atau dari mana asalnya.
Adapun Zelensky, Danilov, dan pejabat tinggi lain Ukraina telah berulang kali bersikeras bahwa mereka hanya menggunakan senjata produksi dalam negeri untuk menyerang wilayah Rusia.
Hal itu lantaran Amerika Serikat dan sekutunya seolah-olah melarang mereka menggunakan rudal dan drone yang disediakan Barat untuk tujuan ini yang bakal memicu konflik terbuka antara Rusia dan NATO.
Namun awal pekan ini, The Economist mengungkapkan bahwa operator drone Ukraina sangat bergantung pada data intelijen dan satelit Barat untuk bisa menghindari pertahanan udara Rusia.
Ukraina pertama kali menargetkan Moskow dengan drone pada bulan Mei, dan mulai melancarkan serangan yang lebih sering pada bulan Juli, ketika serangan balasan di selatan terhenti di benteng pertahanan Rusia.
Serangan-serangan tersebut sejauh ini hanya menyebabkan kerusakan properti kecil dan Kremlin menggambarkannya sebagai “tindakan putus asa,” yang dimaksudkan untuk menutupi kegagalan Kiev di medan perang.
Menurut para pejabat AS, serangan tersebut dimaksudkan “untuk meningkatkan moral penduduk dan pasukan Ukraina,” dan menunjukkan bahwa Kiev “dapat melakukan serangan balik.”
Rudal Jarak Jauh Jadi 'End Game'
Terlepas dari spekulasi apakah Ukraina sukses menguji coba rudal jarak jauh misterius tersebut ke wilayah Rusia, roket kendali dengan daya jelajah ratusan kilometer disebut-sebut menjadi hal menakutkan bagi Rusia.
Moskow bahkan meresponsnya dengan ancaman penggunaan nuklir saat Barat berwacana mengirimkan peralatan atau rudal-rudal jarak jauh seperti F-16 yang bisa mengangkut peluru kendali atau bahkan amunisi macam Rudal Taurus.
Khusus Taurus, yang juga punya daya jelajah hingga 500 kilometer, amunisi ini diprediksi menjadi pembeda bagi Ukraina dalam peperangan melawan Rusia.
Rusia bersiap menyambutnya dengan persenjataan yang tak kalah hebat saat Jerman berencana mengirim Rudal Taurus ke Ukraina.
Baca juga: Kanselir Jerman Beri Kode Segera Kirim Rudal Taurus ke Ukraina: Mau Rusia Cepat Selesai
Disebut-sebut, Rudal Taurus bukan sekadar jadi game changer bahkan bisa jadi End Game.
Mengapa Rusia Takut dengan Pengiriman Rudal Taurus?
Situs resmi VisitUkraine menyebut, teknologi desain hulu ledak peluru kendali buatan Jerman-Swedia tersebut memiliki kekhasan tertentu.
Pakar militer dan keamanan dari Universitas Oslo, Fabian Hoffmann dalam sebuah wawancara dengan American Newsweek menyebut Taurus sebagai "senjata yang lebih efektif" untuk menghancurkan jembatan.
Pakar Barat lainnya juga berpendapat serupa.
“Rudal tersebut sebenarnya memiliki dua hulu ledak – yang pertama meledak, menghilangkan hambatan kuat di jalan, seperti jalan raya di jembatan, mengaktifkan hulu ledak kedua, yang menghasilkan serangan utama yang tepat, misalnya, pada pilar jembatan,” Markus Koypp, seorang analis di Akademi Militer Institut Teknologi Federal Swiss Zurich, menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan saluran TV ZDF Jerman.
Seperti diketahui, penghancuran jalur logistik Rusia saat ini menjadi salah satu prioritas utama Ukraina. Jika Rusia tidak mampu memasok peluru, senjata, dan cadangan dari Krimea, seluruh lini pertahanan selatan Rusia akan hancur dalam waktu singkatnya.
Krimea, wilayah yang dianeksasi Rusia sejak 2014, menjadi target utama Ukraina untuk direbut selain juga wilayah wilayah lain di selatan dan timur negara tersebut sejak Rusia menginvasi 18 bulan silam.
(oln/RT/VU/*)